Thursday, June 18, 2015

Sajak Kerinduan #1




Tentang mu
Aku mengenalmu sebagai sosok yang keras, tegas dan berkata apa adanya. Jika salah maka kau akan berkata salah, ekspresi ketidaksenanganmu tak kau sembunyi dari siapapun. Aku mulai mendalami kepribadianmu ketika aku tercatat sebagai mahasiswa baru. Waktu itu,  orientasi mahasiswa baru aku melihatmu sebagai juru kamera yang merekam rangkaian acara dari kegiatan tersebut.
Kau juga tercatat sebagai ketua pers mahasiswa yang semakin membuat diri penasaran dengan sosokmu karena aku juga senang dengan dunia tulis. Sebagai seorang pemimpin, kau tampak kharismatik dan bijak dengan gaya sederhana. Itu menjadi nilai tersendiri, bahwa seorang pemimpin yang kharismatik tak perlu glamor dan hidup hedon.
Lambat laun kita mulai akrab dan sering bertukar kisah perjalanan kehidupan masing-masing. Walaupun umur kita terpaut cukup jauh, kau tak canggung dan menganggap aku bukan anak kecil. Hidup mandiri telah kau mulai sejak berada di bangku sekolah menengah kejuruan. Sekolah dengan biaya sendiri, hidup dengan hasil kerja sendiri, kau bertutur bahkan kau hidup berkecukupan di masa itu.
Bisa saja kau memilih jalan untuk menjadi remaja nakal, tapi Tuhan memberikanmu jalan untuk menempuh jalan kebaikan. Pernah sekali kau bercerita tentang kau dan rokokmu, sangat jelas bagaimana alur cerita itu. Kau tinggalkan rokokmu karena kau tak kebagian ayam bakar saat acara bersama kawan-kawanmu. Sejak saat itulah kau telah meninggalkan rokok sama sekali. Jangankan merokok, mendekati saja sama sekali tak kau lakukan.
Aku merasa rindu saat ku buka album lama, ku lihat sosok semangatmu dengan luka di dagu yang terjatuh dari tebing saat mendaki gunung untuk mencari curup hujan. Meski kita tak pernah mengabadikan momen bersama tapi dengan fotomu aku coba mengrai kembali kenangan bersama.
Dalam rindu, aku hanya bisa berdoa kepada Tuhan, semoga segala kebaikanmu menjadi jalan ridho dan Tuhan mengampuni segala kekhilafanmu. Iya hanya lewat doa itulah aku mengenang romantisme bersamamu. Pertama kali aku merasakan kehilangan orang yang sangat berharga di hidupku, itu sangat mendengar kau telah berpulang kepada-Nya.

Baca selengkapnya