Thursday, June 14, 2018

Dayung Tak Langsung Bersambut

Alumni SMA N 1 Rumbia 2011
Ada yang berbeda dari buka puasa bersama yang kami jalani di ramadan tahun 2018 ini. Biasanya buka puasa bersama hanya digelar untuk teman-teman satu kelas saja.  Tapi kali ini kami bersama alumni SMA Negeri 1 Rumbia tahun 2011 bersepakat untuk menggelar buka puasa bersama. Dengan retorika panjang, debat tipis-tipis, dan alasan ngalor-ngidul, akhirnya buka puasa bersama kami sepakati pada Rabu (13/6/2018) di Jendela Kuliner Kecamatan Rumbia. 

Tak lama setelah kesepakatan tersebut, saya berfikir bagaimana kalau alumni angkatan 2011 membuat acara amal (bakti sosial)  untuk berbagi rezeki kepada orang yang membutuhkan--terutama menjelang idul fitri. Tak lama, gagasan ini  langsung disambut antusias oleh teman-teman dan saya segera meminta tolong pengurus instagram @serbarumbia membuat desain sekaligus mempublikasikannya.

Karena kesibukan dan lain hal, pamflet yang saya minta baru selesai pada hari Selasa (12/6/2018), tepat satu hari sebelum pelaksanaan buka bersama. Dan sesuai kesepakatan di grup whatapps, hasil donasi yang terkumpul akan dibagikan pada tanggal Kamis, (14/6/2018).

Sampai Rabu siang (13/6/2018) total donasi yang terkumpul sebanyak Rp. 400.000. Dan nilai ini belum bertambah sampai waktu buka bersama tiba. 

Saya hampir menyerah, tidak akan berbicara soal donasi atau kegiatan sosial yang sebelumnya dibahas digrup karena kondisi yang ramai dan tidak memungkinkan. Tapi teman-teman mendesak untuk membahas soal gerakan sosial yang akan dilaksanakan menjelang idul fitri.

Saya membuka pembicaraan dengan menawarkan pembagian sembako kepada masyarakat di sekitar Kecamatan Rumbia, Putra Rumbia dan Bumi Nabung. Ini adalah bantuan yang bersifat konsumtif untuk warga yang membutuhkan (kategori lanjut usia, fikir miskin dan disabilitas). Tanpa panjang cerita teman-teman mengamini apa yang saya sampaikan.
Tahun 2018 fokus pembagian paket sembako di Kecamatan Rumbia.

Kemudian saya menawarkan kegiatan sosial berupa beasiswa kambing kepada anak yatim yang ingin bersekolah tapi kesulitan biaya. Program ini sama dengan program beasiswa kambingku yang pernah saya gulirkan kepada anak didik Perpustakaan Waroeng Batja satu tahun lalu. 


Diskusi menjadi hidup. Teman-teman sangat antusias dengan program beasiswa ini karena beasiswa bersifat produktif. Volta menjadi yang paling aktif dalam berdiskusi.
Inti dari beasiswa kambingku adalah donatur memberikan kambing untuk dipelihara oleh peserta didik. Setelah beranak, indukan kambing akan diberikan kepada peserta didik berikutnya dan anak kambing tadi menjadi hak milik si pemelihara (anak didik). Kambing akan terus digulirkan sampai tidak produktif, kemudian kambing diganti dengan indukan baru, begitu seterusnya. 

Setelah diskusi panjang lebar, akhirnya kami bersepakat untuk patungan dan menyepakati teknis pelaksanaan agenda terdekat--bagi sembako. "Nggak usah panjang lebar, sekarang fokus apa yang mau dikerjakan. Panjang lebar kalau nggak jalan malah malu," ujar Widi Irawan yang merupakan mantan ketua lembaga dakwah kampus se Provinsi Lampung.

Singkatnya, terkumpul donasi sebanyak Rp. 1.417.000 dan dibelanjakan 11 paket sembako dengan total Rp. 539.000 dan sisa uang donasi Rp. 878.000 yang akan digulirkan untuk beasiswa kambingku. "Aku merasa buka bersama yang paling bermanfaat ya tahun ini," celetuk Cica, panggilan akrab Tri. 

Saya kemudian berfikir ternyata niat baik tak langsung bisa dilakukan waktu itu juga. Buktinya setelah satu tahun, program beasiswa kambingku baru akan dilaksanakan satu tahun kemudian setelah idul fitri 2018.

Saya yakin dayung tak harus langsung bersambut. Ternyata bersaambutnya dayung membutuhkan proses, perjuangan dan konsistensi memikirkan, tentu diiringi dengan kegiatan baik lain. 

Tabik! 










Baca selengkapnya