Menulis tentang tema cinta dan kasih sayang, penulis tidak berangkat dari
definisi para ahli dengan penjelasan yang memusingkan atau dari kamus-kamus yang
memilki ragam tafsir. Tetapi, penulis akan berangkat dari penjelasan-penjelasan
sederhana soal cinta dan kasih sayang dari orang yang telah berpengalaman
mengarungi mahligai rumah tangga, dan dapat mempertahankan keharmonisan
keluarga sampai saat ini.
Pak Kholik, adalah orang yang malam ini (7/9/16) berkisah banyak tentang cinta dan kasih sayang,
penghulu di Desa Negeri Tua ini, mengajak penulis untuk memahami apa itu cinta
dan kasih sayang secara sederhana. Diawali dengan berbincang tentang ragam
persoalan kehidupan, kemudian tentang kehidupan rumah tangga, juga soal cinta dan kasih sayang dalam rumah
tangga antara pasangan suami isteri.
“Hidup berumah tangga tidak sekedar berbicara soal yang indah, hal-hal
manis seperti di sinetron atau film, juga bukan soal hidup enak tanpa berjuang
menaklukan cobaan yang terbentang di depan mata.”, tutur pak Kholik.
Menjalin rumah tangga harus didasari sikap saling percaya antar suami
isteri. Juga percaya bahwa Tuhan telah memberikan garis tangan untuk rejeki,
jodoh dan maut. Sehingga rumah tangga bisa dijalani dengan hikmat karena saling
tahu mana hak dan mana kewajiban suami-isteri.
Awal pernikahan adalah hal terindah yang dirasakan oleh pasangan suami
isteri, mereka adalah pemilik dunia, orang-orang disekeliling hanya berstatus menumpang
di bumi Tuhan ini. Cinta kasih tercurahkan setiap hari, mereka bagaikan
pasangan raja dan ratu. Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kondisi
cinta dan kasih sayang mereka setelah beberapa hari, beberapa minggu, beberapa
bulan atau beberapa tahun?
Yang utuh dalam kehidupan berumah tangga adalah kasih sayang, sedangkan
cinta akan memudar seiring dengan bertambahnya umur pernikahan. “Itulah yang
terjadi pada pernikahan”. Analogi yang dituturkan oleh pak Kholik, “Ibarat
seseorang memilki baju baru, karena saking
cintanya terhadap baju maka seseorang akan memakai baju itu setiap waktu,
dimana pun dan kapan pun”.
Tetapi setelah beberapa lama, seseorang akan merasa biasa saja, tidak ada
hal istimewa lagi dari baju itu. Seperti itulah cinta diibaratkan, tidak abadi,
tidak bertahan lama, yang menjadi penguat pemersatu rumah tangga adalah kasih sayang,
bukan cinta. Kasih sayang adalah rasa eman
untuk mengabaikan suatu jalinan yang telah di bina sejak lama. Kasih sayang
lah yang kemudian membawa seseorang mampu bertahan satu sama lain dalam jalinan
rumah tangga.
Dalam kehidupan berumah tangga, pasangan harus meyakini bahwa rejeki Tuhan
untuk manusia tidak akan pernah tertukar dengan manusia lain. Walaupun manusia
telah berusaha keras, bekerja giat, jika memang takdir Tuhan menyatakan rejeki
seseorang tidak banyak, maka sejumlah pemberian Tuhan itulah yang kemudian
telah menjadi bagian dan rejekinya. Sebaliknya, rejeki seorang akan berlimpah
jika Tuhan sudah menakdirkan demikian, kun
maka fayakun, jadi maka jadilah.
Jika keyakinan seperti itu tumbuh, maka rasa risau tidak akan muncul jika
melihat tetangga membeli mobil baru, membeli kulkas baru, atau mempunyai rumah
baru. Ketenangan hati karena selalu bersyukur atas rejeki Tuhan merupakan sikap
yang muncul dalam merespon berbagai godaan gaya hidup hedon dan tingginya
gengsi.
Pembicaraan dengan pak Kholik juga menyinggung soal anak, setiap anak yang
lahir pasti sudah ada jatah rejeki sendiri. Orang tua hanya sebagai perantara
rejeki anak. Maka kemudian yang harus diperhatikan oleh orang tua terhadap anak
adalah soal pendidikan; pendidikan agama dan pengetahuan umum. Kemana pun anak
mau mengaji, sampai titel apapun anak ingin sekolah, orang tua berkewajiban
mendukung. Tuhan selalu membuka jalan untuk mereka yang berkeinginan menuntut
ilmu.
Oleh sebab itu, kewajiban orang tua adalah memberikan pendidikan yang
terbaik untuk anak-anaknya. Bukankah warisan ilmu lebih berharga bila
dibandingkan dengan warisan harta. Ilmu bila dibagi akan bertambah, sedangkan
harta sebaliknya, dibagi akan berkurang dan habis. Bahkan tidak jarang, harta
menjadi sumber pecah saudara, renggang hubungan silaturami antar teman dan
potensi negatif yang kadang lebih besar.
Setinggi apapun ilmu seseorang, harus bermuara pada cinta dan kasih sayang.
Jika ilmu didasari oleh cinta dan kasih sayang maka tindakan orang yang
memiliki ilmu tidak akan ngawur dan merugikan orang. Ilmu yang didasari dengan
cinta dan kasih sayang akan berusaha berkontrobusi memberi manfaat untuk orang
lain. Maka ajarkanlah ilmu dan kasih sayang secara bersamaaan!
Bagikan
Cinta atau Kasih Sayang?
4/
5
Oleh
Lukman Hakim