Wednesday, September 7, 2016

Cinta atau Kasih Sayang?

 
Menulis tentang tema cinta dan kasih sayang, penulis tidak berangkat dari definisi para ahli dengan penjelasan yang memusingkan atau dari kamus-kamus yang memilki ragam tafsir. Tetapi, penulis akan berangkat dari penjelasan-penjelasan sederhana soal cinta dan kasih sayang dari orang yang telah berpengalaman mengarungi mahligai rumah tangga, dan dapat mempertahankan keharmonisan keluarga sampai saat ini.
Pak Kholik, adalah orang yang malam ini (7/9/16)  berkisah banyak tentang cinta dan kasih sayang, penghulu di Desa Negeri Tua ini, mengajak penulis untuk memahami apa itu cinta dan kasih sayang secara sederhana. Diawali dengan berbincang tentang ragam persoalan kehidupan, kemudian tentang kehidupan rumah tangga,  juga soal cinta dan kasih sayang dalam rumah tangga antara pasangan suami isteri.
“Hidup berumah tangga tidak sekedar berbicara soal yang indah, hal-hal manis seperti di sinetron atau film, juga bukan soal hidup enak tanpa berjuang menaklukan cobaan yang terbentang di depan mata.”, tutur pak Kholik.
Menjalin rumah tangga harus didasari sikap saling percaya antar suami isteri. Juga percaya bahwa Tuhan telah memberikan garis tangan untuk rejeki, jodoh dan maut. Sehingga rumah tangga bisa dijalani dengan hikmat karena saling tahu mana hak dan mana kewajiban suami-isteri.
Awal pernikahan adalah hal terindah yang dirasakan oleh pasangan suami isteri, mereka adalah pemilik dunia, orang-orang disekeliling hanya berstatus menumpang di bumi Tuhan ini. Cinta kasih tercurahkan setiap hari, mereka bagaikan pasangan raja dan ratu. Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kondisi cinta dan kasih sayang mereka setelah beberapa hari, beberapa minggu, beberapa bulan atau beberapa tahun?
Yang utuh dalam kehidupan berumah tangga adalah kasih sayang, sedangkan cinta akan memudar seiring dengan bertambahnya umur pernikahan. “Itulah yang terjadi pada pernikahan”. Analogi yang dituturkan oleh pak Kholik, “Ibarat seseorang memilki baju baru, karena saking cintanya terhadap baju maka seseorang akan memakai baju itu setiap waktu, dimana pun dan kapan pun”.
Tetapi setelah beberapa lama, seseorang akan merasa biasa saja, tidak ada hal istimewa lagi dari baju itu. Seperti itulah cinta diibaratkan, tidak abadi, tidak bertahan lama, yang menjadi penguat pemersatu rumah tangga adalah kasih sayang, bukan cinta. Kasih sayang adalah rasa eman untuk mengabaikan suatu jalinan yang telah di bina sejak lama. Kasih sayang lah yang kemudian membawa seseorang mampu bertahan satu sama lain dalam jalinan rumah tangga.
Dalam kehidupan berumah tangga, pasangan harus meyakini bahwa rejeki Tuhan untuk manusia tidak akan pernah tertukar dengan manusia lain. Walaupun manusia telah berusaha keras, bekerja giat, jika memang takdir Tuhan menyatakan rejeki seseorang tidak banyak, maka sejumlah pemberian Tuhan itulah yang kemudian telah menjadi bagian dan rejekinya. Sebaliknya, rejeki seorang akan berlimpah jika Tuhan sudah menakdirkan demikian, kun maka fayakun, jadi maka jadilah.
Jika keyakinan seperti itu tumbuh, maka rasa risau tidak akan muncul jika melihat tetangga membeli mobil baru, membeli kulkas baru, atau mempunyai rumah baru. Ketenangan hati karena selalu bersyukur atas rejeki Tuhan merupakan sikap yang muncul dalam merespon berbagai godaan gaya hidup hedon dan tingginya gengsi.
Pembicaraan dengan pak Kholik juga menyinggung soal anak, setiap anak yang lahir pasti sudah ada jatah rejeki sendiri. Orang tua hanya sebagai perantara rejeki anak. Maka kemudian yang harus diperhatikan oleh orang tua terhadap anak adalah soal pendidikan; pendidikan agama dan pengetahuan umum. Kemana pun anak mau mengaji, sampai titel apapun anak ingin sekolah, orang tua berkewajiban mendukung. Tuhan selalu membuka jalan untuk mereka yang berkeinginan menuntut ilmu.
Oleh sebab itu, kewajiban orang tua adalah memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Bukankah warisan ilmu lebih berharga bila dibandingkan dengan warisan harta. Ilmu bila dibagi akan bertambah, sedangkan harta sebaliknya, dibagi akan berkurang dan habis. Bahkan tidak jarang, harta menjadi sumber pecah saudara, renggang hubungan silaturami antar teman dan potensi negatif yang kadang lebih besar.
Setinggi apapun ilmu seseorang, harus bermuara pada cinta dan kasih sayang. Jika ilmu didasari oleh cinta dan kasih sayang maka tindakan orang yang memiliki ilmu tidak akan ngawur dan merugikan orang. Ilmu yang didasari dengan cinta dan kasih sayang akan berusaha berkontrobusi memberi manfaat untuk orang lain. Maka ajarkanlah ilmu dan kasih sayang secara bersamaaan!


Bagikan

Jangan lewatkan

Cinta atau Kasih Sayang?
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.