Kemampuan berbicara
dan menyampaikan pendapat bisa menjadi salah satu indikator kecerdasan
intelektual seseorang. Seorang yang yang mahir dalam berbicara
biasanya akan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan atau pemecahan suatu permasalahan. Akan tetapi retorika tak selamanya dipandang baik jika tidak di barengi dengan kerja dan aksi nyata. Seberapaun brilian rencana seseorang yang dikemas dengan kemampuan retorika yang apik, tanpa kerja semua hanya harapan dan mimpi kosong.
biasanya akan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan atau pemecahan suatu permasalahan. Akan tetapi retorika tak selamanya dipandang baik jika tidak di barengi dengan kerja dan aksi nyata. Seberapaun brilian rencana seseorang yang dikemas dengan kemampuan retorika yang apik, tanpa kerja semua hanya harapan dan mimpi kosong.
Islam telah
memerintahkan kepada umatnya untuk tawazun
(seimbang) dalam urusan berbicara
dan bekerja, jangan terlalu banyak berbicara tapi banyaklah untuk berbuat.
Allah berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2-3)
Allah juga mencela
perilaku Bani Israil dengan firman-Nya,
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian,
sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al
kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44)
Memang penting
menjadi sosok yang pandai beretorika, tetapi lebih penting lagi menjadi sosok
yang lebih banyak memberi contoh dengan aksi nyata. Seorang pemimpin akan lebih
ditaati oleh yang dipimpin ketika dia memberikan teladan kepada mereka yang
dipimpin. Begitu pula dengan guru, orang tua dan siapapun tak perlu banyak
memerintahkan untuk berbuat ini dan itu. Cukup satu kata kunci, kerja dan
teladan maka semua yang menjadi harapan akan dibentangkan jalan kemudahan.
Bagikan
Cinta Kerja Tanpa Banyak Retorika
4/
5
Oleh
Lukman Hakim