MAKALAH
ULUMUL QUR’AN
(MUKJIZAT AL-QUR’AN)
Disusun Oleh:
Kelompok 9
DEDI JEFRI SETIAWAN (1178018)
LUKMAN HAKIM (1178618)
Jurusan : Syari’ah
Prodi :PBS A
Semester : II
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
JURAI SIWO METRO
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah karena berkat rahmat,nikmat,dan inayah-Nya, makalah ini yang berjudul “Mukjizat Al-Qur’an” dapat
diselesaikan walaupun banyak rintangan yang menghalangi. Shalawat teriring
salam semoga disampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa
umat dari alam kebodohan menuju alam yang penuh ilmu pengetahuan.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan ,baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan
kalimat. Hal ini karena keterbatasasn penulis. Untik itu kritik dan saran
sangat kami butuhkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah berikutnya.
Akhirnya, harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Metro, 15 Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
A.
Latar Belakang Masalah.............................................................. .....1
B.
Rumusan Masalah............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 2
1.
Pengertian Mukjizat............................................................................. 2
a.
Unsur-unsur mukjizat............................................................ 2
b.
Syarat-syarat mukjizat ilahi.................................................... 3
2. Macam-macam mukjizat...................................................................... 4
a.
Mukjizat bissi........................................................................ 4
b.
Mukjizat ma’nawi.................................................................. 4
3. Segi-segi kemukjizatan Al-qur’an......................................................... 5
a.
Gaya bahasa...........................................................................5
b.
Susunan kalimat.................................................................... .5
c.
Hukum ilahi yang sempurna.................................................. ..6
d.
Menceritakan yang gaib.......................................................... 6
e.
Isyarat-isyarat ilmiah............................................................... 6
4. Tujuan
Al-qur’an................................................................................... 9
BAB III ANALISA............................................................................... 12
BAB IV KESIMPULAN....................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang Masalah
Mukjizat secara etimologis (bahasa)
berarti melemahkan. Sementara menurut terminologi (istilah),mukjizat ialah
suatu yang luar biasa yang di perlihatkan allah melalui para Nabi dan
Rosul-Nya, sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulan. Kata
mukjizat sendiri tidak terdapat dalam al-quran menggunakan istilah ayat atau
bayyinat. Baik ayat atau bayyinat mempunyai dua macam arti. Yang pertama
artinya perkabaran ilahi yang berupa ayat-ayat suci al-quran. Sedangkan yang
kedua artinya mencangkup mukjizat atau tanda bukti.
B.Rumusan
Masalah
1. Pengertian mujizat al-qur’an
2. Macam – macam mukjizat
3. Segi – segi kemukjizatanAl-qur’an
4. Hikmah dan tujuan mukjizat Al-qur’an
BAB
II
PEMBAHASAN
1.Pengertian
Mukjizat
Mukjizat secara etimologis (bahasa)
berarti melemahkan. Sementara menurut termonology (istilah) mukjizat ialah
sesuatu yang luar biasa yang diperlihatkan oleh Allah melelui para Nabi dan
Rasul-Nya, sebagai bukti atas kebenaran kenabian dan kerasulan.[1]
Mukjizat
didefinisikan oleh pakar agam islam, antara lain sebagai “sesuatu hal atau
peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai
bukti kenabiannya yang didatangkan kepada yang ragu,untuk melakukan atau mendatangkan
hal serupa,tetapi mereka tidak mampu melayani tantangan itu. Dengan redaksi
yang berbeda,mukjizat didefinisikan pula sebagai sesuatu luar biasa yang
diperlihatkan Allah melalui para nabi dan rasul-Nya,sebagai bukti atas
kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulannya.[2]
A. Unsur – unsur yang terdapat pada mukjizat, sebagaimana dijelaskan oleh
Quraish Shihab, adalah.[3]
1.Hal
atau peristiwa yang luar biasa
Peristiwa
– peristiwa alam,misalnya yang terlihat sehari – hari,walaupun menakjubkan,
tidak dinamakan mukjizat,karena merupakan suatu yang biasa. Yang dimaksud
dengan luar biasa adalah sesuatu yang berada di luar jangkauan sebab dan akibat
yang hukum-hukumnya diketahui secara umum.
Tidak
mustahil terjadi hal-hal di luar kebiasaan pada diri siapa pun. Namun,apabila
bukan dari seorang yang mengaku nabi, tidak dinamai mukjizat. Sesuatu yang luar
biasa tampak pada diri sendiri seseorang yang kelak bakal menjadi nabi pun
tidak dinamai mukjizat,tetapi irhash.
Keluarbiasaan yang terjadi pada seseorang yang taat dan dicintai Allah pun
tidak dapat disebut mukjizat,tetapi karamah atau kekeramatan,yang bahkan tidak
mustahil terjadi pada seseorang yang durhaka kepada-Nya.kekeramatan yang
terakhir ini dinamai ihanah (penghinaan) atau istidraj ( rangsangan” untuk
lebih durhaka lagi).
Tentu
saja,tantangan ini harus berbarengan dengan pengakuannya sebagai nabi,bukan
sebelum atau sesudahnya. Di sisi lain tantangan tersebut harus pula merupakan
sesuatu yang jalan dengan ucapan sang nabi.kalau misalnya ia berkata, “Batu ini
dapat berbicara”,tetapi ketika batu itu berbicara, dikatakannya bahwa “sang
penantang berbohong” maka keluarbiasaan ini bukanlah suatu mukjizat,tetapi
ihanah atau istidraj.
Bila
yang ditantang berhasil melakukan hal yang serupa, inoi berarti bahwa pengakuan
sang penantang tidak terbukti. Perlu di garis bawahi bahwa kandungan tantangan
harus benar-benar dipahami oleh penantang. Bahkan untuk lebih membuktikan
kegagalan mereka,biasanya aspek kemukjizatan tiap-tiap nabi berupa hal-hal yang
sesuai dengan bidang keahlian ilmunya.
B. Syarat – syarat Mukjizat ilahi
Syarat-syarat
mukjizat menurut penjelasa ulama ada lima, dan bila kelima-limanya tidak
terpenuhi,maka tidak dinamakan mukjizat yaitu:
2.Tidak
sesuai dengan kebiasaan dan berlawanan dengan hukum alam.
3.Mukjizat
harus berupa hal yang dijadikan saksi oleh seseorang yang mengaku membawa risalah ilahi sebagai bukti atas
kebenaran pengakuannya.
4.Terjadi
bertempatan dengan pengakuan Nabi yang mengajak bertanding menggunakan mukjizat
tersebut.
5.Tidak
ada seorangpun yang dapat membuktikan dan membandingkan dalam pertandingan
tersebut.
Kelimanya
syarat di atas bila terpenuhi,maka suatu yang timbul di luar kebiasaan adalah
merupakan mukjizat yang menyatakan atas kenabian orang yang mengemukakannya dan
mukjizat akan muncul dari tangannya. Bila kelima peryaratan tersebut tidak
tercapai, maka tidak disebut mukjizat dan bukan pula sebagai dalil kebenaran
seorang yang mengakunya.
2.Macam
– macam Mukjizat
Mukjizat
dapat dibagi dua macam yaitu :[4]
a.Mukjizat “bissi” ialah yang dapat
dilihat oleh mata, didengar oleh telinga,dicium oleh hidung,diraba oleh
tangan,dirasa oleh lidah,tegasnya dapat dicapai oleh panca indra.mukjizat ini
sengaja ditunjukan atau diperlihatkan manusia biasa,yakni mereka yang tidak
bisa menggunakan kecerdasan fikirannya yang tidak cakap pandangan mata hatinya
dan yang rendah budi dan perasannya.
b.Mukjizat “ma’nawi” ialah mukjizat yang
tidak mungkin dapat dicapai dengan kekuatan panca indra, tetapi harus dicapai
dengan kekuatan “aqli” atau dengan kecerdasan fikiran. Karena orang tidak akan
mungkin mengenal mukjizat ini melainkan orang yang berfikir sehat, bermata
hati,berbudi luhurdan yang suka mempergunakan kecerdasan fikirannya dengan
jernih serta jujur.
3.Segi
– segi Kemukjizatan al-qur’an
Para penulis ilmu-ilmu Al-quran,pada
umumnya melihat bahwa kemukjizatan Al-quran terletak pada susunan kalimatnya
yang sangat indah dan aktratif,pemilihan bahasanya yang bagus-bagus,serta
penempatan kosakatanya yang terdapat berimbang. Abu Hasan an-Nadwi melihat
bahwa kemukjizatan al-quran tidak hanya terletak pada segi kebahasaannya,tetapi
juga aspek cakupan informasi-informasi keagamaannya yang utuh menyeluruh, dan
mengungkapkan kisah-kisah lama yang tidak hidup dalam cerita-cerita rakyat. Bahkan
tidak semua dapat terungkap dalam penelitian sejarah.sementara itu,Musthafa
Mahmud melihat bahwa kemukjizatan al-quran terletak pada pengaruh bacaannya
dalam lubuk hati para pendengarnya.[5]
Segi-segi
kemukjizatan Al-Qur’an adalahsebagai berikut:[6]
a. Gaya Bahasa
Gaya
bahasa Al-Qur’an banyak membuat orang arab saat itu kagum dan terpesona. Kehalusan ungkapan bahasanya membuat banyak manusia masuk islam. Bahkan, Umar bin
Khatab pun yang mulanya dikenal sebagai seorang yang paling memusuhi Nabi Muhammad
SAW. dan bahkan berusaha untuk membunuhnya, ternyata masuk islam dan beriman
kepada kerasulan Muhammad hanya karena mendengar petikan Al-Qur’an.. susunan
Al-Qur’an tidakdapat disamaioleh karya sebaik apapun.
b. Susunan Kalimat
Kendatipun Al-Qur’an, Hadis qudsi,hadis
nabawi sama-sama keluar dari mulut nabi, uslub (style) atau susunan bahasanya
sanat jauh berbeda. Ushub bahasa Al-Qur'anjauh lebih tinggi kualitasnya bila
dibandingkan dengan dua yang lainnya. Al-Qur’an muncul dengan uslub yang begitu
indah.uslub tersebut terkandung nilai-nilai istimewa dan tidak akan pernahada
pada ucapan manusia.
c. Hukum Ilahi yang Sempurna
Al-Qur’an
menjelaskan pokok-pokok akidah, norma-norma keutamaan, sopan santun,
undang-undang ekonomi politik, sosial dan kemasyarakatan, serta hukum-hukum
ibadah. Kalau pokok-pokok ibadah wajib diperhatikan,akan diperoleh bahwa islam
telah memperluasnya dan menganekaragamkannya serta meramunya menjadi ibadah
maliyah, seperti zakat dan sedekah.
d. Menceritakan yang ghaib
Segolongan
ulama yang lain menyatakan bahwa kei’jazan Al-Qur’an ialah dalam mengabarkan
hal-hal yang gaib yang hanya diperoleh dengan jalan wahyu urusan-urusan yang
telah lalu yang tidak diterangkan oleh seorang ummi yang tidak mempelajari
kitab-kitab yanag telah diturunkan kepada umat-umat yang telah lalu dan tidak
pula bergaul dengan ahli kitab.[7]
e. Isyarat-isyarat ilmiah
Banyak sekali isyarat-isyarat ilmiah
yang ditemukan dalam Al-Qur’an, misalnya:
1). Cahaya matahari bersumber daru
dirinya senduri
Cahaya matahari bersumber dari dirinya
dan cahaya bulan merupakan pantulan. Sebagaimana yang dijelaskan irman Allah
yang artinya:
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar
dan bulan bercahaya dan ditetapkannya manzilah-manzilah (tempat-tempat bagi
perjalanan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu)
Allah tidak menciptakan yang demikian itu, melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahuan”(Q.S.Yunus[10]:5)
2).kurangnya
oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan napas. Hal itu diisyaratkan oleh
Allah dalam surat Al-An’am:125:
125.
Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya
Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang
dikehendaki Allah kesesatannya[503], niscaya Allah menjadikan dadanya sesak
lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan
siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.
[503]
Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan
tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu
ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai
perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.
3).
perbedaan sidik jari manusia, sebagaimana diisyaratkan oleh Allah:
Artinya
: bukan demikian, sebenarnya Kami Kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya
dengan sempurna (Q.S. Al-Qiyamah[75]:4 ).
4).
aroma/bau manusia berbeda-beda, sebagaimana diisyaratkan oleh Allah:
Artinya:
tatkala kafilah itu telah ke luar (dari
negeri Mesir) berkata ayah mereka: "Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf,
Sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)".(Q.S.
yusuf:94)
5).
masa penyusutan ideal dan masa kehamilan minimal, sebagaimana diisyaratkan oleh
Allah:
233.
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan
pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan
menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban
demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu
ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut patut.
bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang
kamu kerjakan.(Q.S. Al-Baqarah[2]:233)
6).
yang merasasakan nyeri adalah kulit
56.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami
masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti
kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(Q.S.An-Nissa:56)
4. Tujuan Al-Qur’an
Al-Qur’an setidaknya memiliki dua fungsi utama, yaitu
sebagai sumber ajaran dan bukti kebenaran kerasulan Muhammad SAW. Sebagai
sumber ajaran dan nilai,Al-qur’an menyajikan dan memberikan berbagai norma
keagamaan sebagai petunjuk hidup umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia
dan akhirat yang merupakan perjalanan hidupnya. Karena sifatnya memberi arah
dan jalan, norma-norma tersebut dinamai syariah-artinya
jalan lurus.
Dalam kajian-kajian keagamaan (religiusitas), istilah dan
makna syariah acapkali direduksi
sehingga mempunyai konotasi sebagai norma-norma hukum belaka. Padahal, kata
syariah mencakup berbagai segi ajaran keagamaan :akidah, akhlak, amaliyah, dan
lainnya. Kenyataan ini memperlihatkan bahwa norma-norma syariah itu disusun
langsung oleh Allah bukan oleh manusia, kecuali untuk pemahaman-pemahaman lebih
lanjut yang sifatnya implementatif. Ini, menurut Quraish Shihab, merupakan langkah yang
teramat bijak karena diserahkan kepada umat manusia, niscaya norma-norma itu
tidak akan sempurna. Bukankah pengetahuan manusia terama terbatas,terutama
dalam soal-soal gaib. Ditambahkan pula bahwa umat manusia, pada umumnya,
memiliki egoisme yang tinggi sehingga norma-norma itu akan disusun sesuai
kepentingan dan kemauanya sendiri.
Itulah sekaligus rahasia dibalik penyusunan norma-norma
syariah bagi umat manusia untuk mengatur kehidupann sendiri didunia yang fana
ini. Pin, mereka tidak bisa berkomunikasi langsung dengan Allah dalam menyerap
informasi-informasi yang menjadi hak mereka. Dia menyampaikan lewat orang yang
memiliki kesucian jiwadan kecerdasan yang luar biasa sehingga mampu menerima
inforrnasi-informasi dari yang gaib. Orang terpilih tersebut kemidian diberi
gelar rasul ( utusan Allah untuk menyampaikan ajaran-ajaran-Nya) . rasul
terakhir (khataman nabiyyin) yang di beri tugas menyampaikan syariah adalah
Muhammad SAW. Dari Allah telah dituangkan sepenuhnya dalam satu mushaf kitab
suci bernama Al-qur’an.
Muhammad SAW. Berasak dari etnis arab Quraisy yang
bertugas dan berkewajiban menyampaikan ajaran tidak hanya kepada bangsanya,
tetapi juga kepada bangsa-bangsa lainnya di dunia,baik yang hidup pada masa
beliau maupun sesudahnya. Ini
diperttegas oleh Allah bahwa Dia tidak mengutus rasul terakhir itu selain intuk
seluruh manusia (kafatan lian-nas).
Karena itu,semasa hidup, beliau pernah menegaskan bahwa ia menunggalkan
Al-qur’an dan Sunnah agar umat manusia tidak sesat dalam kehidupannya.
Sepeninggalnya tugas-tugas mulia untuk menegakkan dan mengembangkan ajaran
dannilai yang transedental tersebut dibebankan kepada ulama sebagai pewarisnya.
Selain sebagai sumber ajaran, Al-qur’an juga disampaikan Tuhan untuk menjadi
bukti kebenaran kerasulan Muhammad SAW., terutama bagi mereka yang menebtang
dakwah-dakwahnya. Bukti-bukti kebenaran tersebut dalam ilmu-ilmu Al-qur’an
disebut mukjizat.[1]
BAB III
ANALISA
Sebagaimana
mukjizat lain yang diturunkan kepada rasul sebelum Nabi muhammad SAW., mukjizat
Al-qur’an merupakan suatu kitab suci sebagai pembuktian kerasulan Nabi Muhammad
SAW. Dan sekaligus sebagai pedoman untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Al-qur’an
sebagai penunjuk arah, segala aspek yang bersifat duniawi maupun yang bersifat
ukhrawi semua ada dan tercantum dalam Al-qur’an. Bahkan sebelum terjadi
penemuan-penemuan oleh para ilmuan, Al-qur’an pun lebih dahulu sudah
menuliskannya.
BAB IV
KESIMPULAN
Mukjizat Al-qur’an adalah kitab suci yang diberikan
kepada nabi Muhammad SAW. Untuk membuktikan kerasulan beliau sekaligus sebagai
kitab suci yang isinya mencakup segala aspek kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
DR.
Rosihan Anwar, M.Ag, Ulum Al-Qur'an. Pustaka Setia, Bandung. 2008
PROF.
DR. H. Munawar Said Agil Husain. AL-Qur’an membangun tradisi kesakehan hakiki.
Ciputat Press, Jakarta. 2002
Drs.H.
Ahmad Izzan,M.Ag, Ulumul Qur’an. Tatakut (kel. Humaniora),Bandung. 2011
PROF.DR.
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. Ilmi-ilmu Al-Qur’an. Pustaka Rizki Putra,
Semarang. 2010
Drs.
H. Kahar Masyhur. Pokok-pokok Ulumul Qur’an. Rineka Cipta, Jakarta. 1992
[1] Ahmad Izzan,Ulumul Qur’an,(Bandung:Tatakut
(kel humaniora),2011,)hlm.139-140
[1] Said Agil Husin Al Munawir,Al-Qur’an
Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,(Jakarta: Ciputat Press,2002),hlm.30
[2] Rosihan Anwar,Ulumul Al-Qur’an,(Bandung:
Pustaka Setia,2008),hlm.184
[3] ibit, hlm.185
[4] Said Agil Husin Al Munawir,Al-Qur’an
Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,(Jakarta: Ciputat Press,2002),hlm.32
[5] Ahmad Izzan,Ulumul Qur’an,(Bandung:Tatakut
(kel humaniora),2011,)hlm.147
[6] Rosihan Anwar,Ulumul Al-Qur’an,(Bandung:
Pustaka Setia,2008),hlm.193
[7] Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy,ilmu-ilmu Al-Qur’an,(Semarang: Pustaka Rizki Putra,2010 ),hlm.296
C.
Bagikan
Mukjizat Al-Qur'an
4/
5
Oleh
Lukman Hakim