Saturday, November 11, 2017

Pilih Sayur atau Kopi?


Lima hari di Lampung Barat (29 Oktober 2017-2 November 2017) membuat saya tahu tentang sekelumit alasan kenapa para petani kopi di Pekon Hanakau, Kecamatan Sukau memilih membongkar ladang kopi mereka dan memutuskan memilih sayuran sebagai komoditas yang ditanam.
Jelas saya akan bercerita tentang Pak Dul Mukmin karena selain selama lima hari di Pekon Hanakau saya tinggal di rumah beliau, Pak Dul Mukmin juga representatif sebagai perwakilan petani yang membongkar ladang kopi dan memilih menanam sayur.

Dalam suatu kesempatan, Pak Dul Mukmin bercerita tentang sayuran yang memiliki masa tanam-panen cepat sehingga lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan menanam kopi. Petani di Pekon Hanakau juga banyak yang menerapkan sistem tumpang sari dalam menanam sayuran. Dalam satu lahan, petani bisa menanam empat jenis tanaman sekaligus seperti sawi, cabai, tomat dan kacang tanah. Atau jenis tanaman lain. Artinya petani akan panen secara terus menerus sesuai dengan panjang umur tanaman, dan sampai masa panen habis.
Dengan sistem tumpang sari, petani bisa menekan tingkat kerugian karena gagal panen atau harga yang anjlok. Petani kadang memperoleh harga yang rendah di satu tanaman tapi bisa mendapatkan harga tinggi di jenis tanaman lain. Dengan model inilah petani sayuran di Pekon Hanakau bisa menutup biaya modal dan mendapatkan keuntungan dari kalkulasi panen  sayuran mereka.

Yang menjadi kendala utama petani sayur di Pekon Hanakau adalah soal harga komoditas yang tidak stabil. Harga komoditas sayuran yang tidak stabil biasanya di sebabkan oleh stok yang melimpah. "Biasanya kalau ada kiriman sayur dari Sumatera Utara atau Jawa harga-harga di sini akan anjlok. Tomat sekarang cuma 700 rupaih makanya petani enggan untuk memanen. Kalau di panen mereka tidak akan untung, kotaknya saja perbiji 9000, biaya petik berapa, biaya ojek berapa. Petani bakal rugi jika memanen dengan harga cuma segitu," terang Pak Dul Mukmin.
Terhitung sudah tujuh tahun terakhir ini Pak Dul Mukmin menjadi petani sayur. Walaupun sudah menjadi petani sayur, rupanya pak Dul Mukmin masih mempertahankan dua hektar tanaman kopinya. “Bapak ini masih punya dua hektar lahan kopi. Sebenarnya kak Junet itu sudah mau buka lahannya untuk tanam sayur lagi. Tapi karena anak bapak masih sekolah (Asep, Mumun, Oyan), akhirnya kopi itu buat tabungan karena kopi hasilnya kan tahunan. Sedangkan sayuran hasilnya setahun bisa dua atau tiga kali,” jelas Pak Mukmin.
Bagi petani yang memiliki lahan lebih dari satu hektar seperti Pak Dul Mukmin, pilihan membuka sebagain lahan untuk sayuran dan membiarkan sebagian lain tetap dengan tanaman kopi adalah pilihan bijak. Menanam sayuran sebagai sumber pendapatan jangka pendek, dan membiarkan kopi sebagai investasi jangka panjang.
Kalau saya pribadi sih ingin menikmati kopi Liwa, sembari belajar bertani sayur, juga belajar bertani kopi. Udah itu lebih dari cukup. Hehehe
Tabik!

Penulis: Lukman Hakim

Bagikan

Jangan lewatkan

Pilih Sayur atau Kopi?
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.