Sajak Kerinduan #1
Tentang mu
Aku mengenalmu sebagai
sosok yang keras, tegas dan berkata apa adanya. Jika salah maka kau akan
berkata salah, ekspresi ketidaksenanganmu tak kau sembunyi dari siapapun. Aku
mulai mendalami kepribadianmu ketika aku tercatat sebagai mahasiswa baru. Waktu
itu, orientasi mahasiswa baru aku
melihatmu sebagai juru kamera yang merekam rangkaian acara dari kegiatan
tersebut.
Kau juga tercatat
sebagai ketua pers mahasiswa yang semakin membuat diri penasaran dengan sosokmu
karena aku juga senang dengan dunia tulis. Sebagai seorang pemimpin, kau tampak
kharismatik dan bijak dengan gaya sederhana. Itu menjadi nilai tersendiri,
bahwa seorang pemimpin yang kharismatik tak perlu glamor dan hidup hedon.
Lambat laun kita mulai
akrab dan sering bertukar kisah perjalanan kehidupan masing-masing. Walaupun
umur kita terpaut cukup jauh, kau tak canggung dan menganggap aku bukan anak
kecil. Hidup mandiri telah kau mulai sejak berada di bangku sekolah menengah
kejuruan. Sekolah dengan biaya sendiri, hidup dengan hasil kerja sendiri, kau
bertutur bahkan kau hidup berkecukupan di masa itu.
Bisa saja kau memilih
jalan untuk menjadi remaja nakal, tapi Tuhan memberikanmu jalan untuk menempuh
jalan kebaikan. Pernah sekali kau bercerita tentang kau dan rokokmu, sangat
jelas bagaimana alur cerita itu. Kau tinggalkan rokokmu karena kau tak kebagian
ayam bakar saat acara bersama kawan-kawanmu. Sejak saat itulah kau telah
meninggalkan rokok sama sekali. Jangankan merokok, mendekati saja sama sekali
tak kau lakukan.
Aku merasa rindu saat
ku buka album lama, ku lihat sosok semangatmu dengan luka di dagu yang terjatuh
dari tebing saat mendaki gunung untuk mencari curup hujan. Meski kita tak
pernah mengabadikan momen bersama tapi dengan fotomu aku coba mengrai kembali
kenangan bersama.
Dalam rindu, aku hanya
bisa berdoa kepada Tuhan, semoga segala kebaikanmu menjadi jalan ridho dan
Tuhan mengampuni segala kekhilafanmu. Iya hanya lewat doa itulah aku mengenang
romantisme bersamamu. Pertama kali aku merasakan kehilangan orang yang sangat
berharga di hidupku, itu sangat mendengar kau telah berpulang kepada-Nya.