Wednesday, December 6, 2017

Pendamping Sosial Jembatan Menuju Pendamping Hidup


Mendaftar seleksi program keluarga harapan (PKH) yang berada di bawah Kementerian Sosial pada saat itu adalah paksaan dari Selacalon istri saya. Informasi tentang pendamping sosial ini sampai di telinga saya tiga hari sebelum pendaftaran ditutup. Saya mendaftar secara online dibantu oleh Imam Solihin yang merupakan kawan saat mondok (waktu saya menempuh pendidikan diploma), tanggal 17 Oktober 2017, tepat 1 hari sebelum pendaftaran ditutup.
Saya sebenarnya tidak terlalu berharap lulus karena sedari awal mendaftar pun sebenarnya kurang 'klik'. Tapi saya mengikuti  saja alur yang ada, saat pengumuman seleksi administrasi saya dinyatakan lolos oleh panitia sehingga saya harus menuju tahap berikutnya yaitu mengikuti seleksi kompetensi bidang.
Seleksi kompetensi bidang ini dilaksanakan pada tanggal 12 November 2017 di SMK Negeri 2 Metro. Jadi para pelamar yang lulus seleksi administrasi dari daerah Lampung Tengah, Lampung Timur dan Metro, semua berkumpul di sekolah ini untuk melaksanakan tes tersebut.
Di hari minggu pagi itu, saya berpakaian baju putih dan bercelana hitam. Hampir semua peserta mengenakan pakaian yang sama, walaupun ada beberapa peserta yang menggunakan kemeja bukan warna putih tapi mereka tetap saja bisa mengikuti tes kompetensi bidang ini.
Saya merasa kesal dengan berjubalnya peserta yang akan ikut dalam tes tersebut. Menurut jadwal yang tertera di pengumuman, pukul 07.00 WIB peserta sudah berada di dalam ruang tes dan sudah mulai mengerjakan soal. Tapi apa daya, sampai pukul 08.00 WIB peserta yang mengikuti tes di ruangan gedung serbaguna SMK N 2 Metro itu belum juga rampung masuk. Panitia masih mengecek satu persatu peserta dengan melihat kartu tanda penduduk dan syarat lain yang harus di bawa oleh peserta.
Otomatis pelaksanaan tes molor dan saya harus rela menahan lapar. Untung saja panitia memberikan jajanan pengganjal perut yang segera saya santap sambil mengobrol dengan kawan tes yang ada di kiri saya, Muhammad Bisri Namanya dari Kecamatan Kalirejo.
Sebelum berangkat ke lokasi tes, saya pun tak sempat sarapan karena pukul 06.30 WIB saya sudah ada di lokasi tes, saya harus mengecek nomor tes serta lokasi tes.
Di lokasi tes saya bertemu dengan kawan lama dari lintas organisasi sampai lintas umur. Ada dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ansor, Lembaga Dakwah Kampus (LDK), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI), dan berbagai organisasi lain.
Saya memandang selalu ada permainan "kotor" dalam pelaksanaan penerimaan pegawai seperti ini. Bisa saja suatu organisasi membawa kadernya untuk diloloskan di tes tertentu, termasuk dalam tes PKH kali ini. Saya berfikir positif saja, tak ada nepotisme yang dilakukan oleh peserta. Jika ada, mungkin dilakukan oleh segelintir oknum yang tidak bertanggung.
Tanggal 1 Desember 2017 kemarin adalah pengumuman akhir dari tes penerimaan pegawai PKH, baik operator, koordinator wilayah, koordinator provinsi maupun pendamping sosial. Saya tidak memantau laman kemsos.go.id atau keluargaharapan.com secara terus menerus. Sampai tanggal 1 Desember 2017 berakhir, pengumuman hasil tes tersebut belum juga keluar sehingga warganet yang ikut tes merasa gelisah (geli-geli basah)  dan menanyakan kepada admin kapan pengumuman akan keluar.
Keesokan paginya tanggal 2 Desember 2017, yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Pengumuman sudah diserukan, pagi itu saya masih berbaring di atas kasur karena merasa mengantuk tapi tidak tidur.
Sekitar pukul 09.00 WIB saya cek laman website Kementerian Sosial, dan mengunduh pengumuman hasil tes tersebut. Nama saya keluar sebagai salah satu dari ribuan peserta yang lolos dalam tes tersebut. Jelas saya merasa bahagia, tapi saya terlalu histeris mengekspresikan rasa bahagia tersebut. Saya bersyukur dalam hati, ini pasti merupakan doa yang dikabulkan Tuhan. Doa orang tua, doa kawan-kawan, dan pasti doa mereka yang selalu mendoakan sayayang saya tahu maupun tidak saya ketahui.
Bergabungnya saya sebagai salah satu pendamping sosial di Kecamatan Putra Rumbia tentu mendekatkan saya pada keinginan untuk mengabdikan diri kepada masyarakat di tanah kelahiran. Saya akan memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan mereka yang membutuhkan, dengan masyarakat, dan tentu hobi saya yang suka berinteraksi dengan masyarakat ini difasilitasi oleh pemerintah dengan bergabungnya saya sebagai pendamping sosialhobi yang dibayar.
Pendamping sosial juga lebih mendekatkan saya kepada calon pendamping hidup karena di tahun 2018 mendatang bersamaan dengan masa kerja saya sebagai pendamping sosial, saya juga akan memantapkan diri untuk melamar sang kekasih hati. Bukankah dibalik seorang pendamping sosial yang tangguh selalu ada seorang pendamping hidup yang selalu mendukung dan memberikan semangat?
Jadi, untuk anda para jomblo yang sok-sokan menjadi pendamping sosial di berbagai bidang, atau anda sebagai pendamping desa, jika kalian belum memiliki pendamping hidup, meranalah diri kalian?
Jadi, mari kita sukseskan pekerjaan sebagai pendamping sosial sekaligus sukseskan amanah mencari/membina/merawat pendamping hidup. Hahaha.
Hidup jomblo!!!!!

Bagikan

Jangan lewatkan

Pendamping Sosial Jembatan Menuju Pendamping Hidup
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.