Sunday, July 22, 2018

Mbah Ngadisah dan Genjer

Mbah Ngadisah Disela Memanen Genjer 

Minggu (22 Juli 2018) selepas salat asar saya pergi ke sawah. Melihat tanaman padi yang sudah berumur 46 hari setelah masa tanam. 

Sore itu, saya menghampiri Mbah Ngadisah yang sedang panen genjer. "Sudah lama Mbah nandur genjer?" sapa saya kepadanya. 
"Sudah puluhan tahun, Pak".

Beberapa orang memang memanggil saya "pak" karena status saya sebagai pendamping sosial program keluarga harapan (PKH) di Kampung Rantau Jaya Makmur dan Rantau Jaya Baru. Dan Mbah Ngadisah adalah salah seorang keluarga penerima manfaat (KPM) atau peserta PKH yang ada di Dusun 3 Kampung Rantau Jaya Makmur.

Saya tak berhasil mendapatkan informasi tentang berapa lama Mbah Ngadisah sudah membudidayakan genjer karena beliau sendiri sudah lupa. Obrolan kami pun mengalir begitu saja. 

Satu unting (baca: ikat) genjer biasanya diambil oleh pengecer dengan harga Rp. 1.000.  Menurut pengalaman Mbah Disah, tumbuhan genjer bisa dipanen setiap hari. 

Akhir-akhir ini, Mbah Ngadisah hanya mampu memanen maksimal 50 ikat genjer karena hanya sendiri, suaminya sibuk mengurus sawah dan anak gadisnya telah menikah muda. Sebelum anak gadisnya menikah,  Mbah Ngadisah bisa panen sampai 100 unting genjer setiap hari. 

Budidaya genjer tak serumit membudidayakan tanaman/sayuran lain. Setelah masa tanam, petani hanya perlu memberikan pupuk kandang (tletong) yang dicampur dengan urea untuk merangsang pertumbuhan genjer agar lebih cepat panen. 

Perlakukan pertanian semi organik ini juga untuk mempertahankan kesuburan tanah. Jika tanah yang menjadi media tanam genjer hanya diasupi pupuk kimia maka tanah akan gersang dan kurang subur. Jika tanah hanya diberi kotoran sapi maka pertumbuhan genjer akan lambat tapi perlakuan ini bagus untuk kondisi tanah. 

Karena desakan kebutuhan sehari-hari, ingin panen lebih cepat, akhirnya petani (Mbah Ngadisah) memakai cara semi organik.

Dalam waktu tiga minggu sampai satu bulan setelah masa tanam,  genjer sudah bisa dipanen. Mbah Ngadisah tak pernah kesulitan memasarkan genjer yang telah ia panen karena ada pengecer yang akan mengambil semua panen Mbah Ngadisah. 

Sekitar 100 meter dari sawah genjer Mbah Ngadisah terdapat tanaman genjer yang lebih luas dan terlihat lebih terurus. Menurut keterangan Mbah Ngadisah, sawah itu bisa menghasilkan 500 unting genjer setiap harinya pada masa produktif. Artinya petani genjer mendapatkan Rp. 500 ribu setiap hari. 

Saya yakin masih ada harapan hidup di kampung. Ada dana desa, ada sawah-ladang, ada potensi yang bisa dikembangkan di kampung. Budidaya genjer adalah salah satu contoh bagimana orang kampung bisa bertahan hidup.

Tabik! 

Rantau Jaya Makmur, 22 Juli 2018
Lukman Hakim




Bagikan

Jangan lewatkan

Mbah Ngadisah dan Genjer
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.