Friday, November 2, 2018

Merenggut Hati dan disayang Mertua #catatannikah


Setelah 22 Oktober 2018 resmi menjadi seorang suami dan menantu, saya memutuskan tinggal bersama mertua. Bukan tanpa alasan hal itu kami (saya dan istri)  lakukan. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi.

Pertama, dulu sebelum saya resmi meminang sang istri tercinta, saya sudah diwanti-wanti pascanikah tidak boleh tinggal di rumah orangtua, ngontrak, atau tinggal di luar kota. Walhasil, pada saat lamaran keinginan ini pun disampaikan calon mertua saya kepada pihak kamu. Saya mengiyakan permintaan tersebut karena untuk merenggut hati calon mertua tercinta. Dengan lapang dada orangtua saya juga harus ikhlas, rida melepaskan saya tinggal bersama mertua nantinya setelah menikah. 

Kedua, alasan usia. Mertua memang sudah setengah sepuh dan istri saya tercinta merupakan anak ragil (baca: anak terakhir). Oleh karena itu, saya ingin menjadi menantu yang berbakti dengan ikut mengurus dan mengasuh mereka. Tapi faktanya terbalik, sayalah yang saat ini diasuh dan diurus oleh mertua. He-he-he. 

Dengan cara saya tinggal bersama mertua, saya bisa bertukar fikiran, membicarakan sawah, ladang, dan beberapa hal tentang masa depan. Tentu hal ini bisa merenggut dan meluluhkan hati mertua,  buktinya saya menjadi menantu yang paling disayang di rumah. Ya iyalah, wong di rumah cuma ada saya sendiri kok menantunya. Ha-ha-ha

Walaupun saya sudah lulus sekolah (tentu punya gelar sarjana dong)-- bukan pamer ya, saya tidak ingin santai dan leha-leha melihat mertua yang sedang bekerja di kebun, pekarangan atau ladang. Saya ikut turun tangan mengerjakan kegiatan pertanian tersebut. Pecok bonggol singkong sampai menanam saya lakukan, juga ikut nderes (menyadap)  getah karet. 

Memang ada beberapa orang yang berkomentar pesimis apakah saya bisa melakukan pekerjaan tersebut. 
"Loh, sampean opo iso nderes,  Mas? "
"Yo iki gor ecak-ecake wae, Mas." jawab saya singkat diteruskan dengan obrolan ngalor-ngidul. 

Ketika saya ikut pecok bonggol singkong, seorang tetangga yang berpapasan akan menanam jagung bilang. 
"Sampean iso opo mas pecok bonggol?"
"Niki ndamel pantes-pantes, Pak. Ecak-ecake mawon."

Mungkin tetangga mengira bahwa kalau seorang lulusan kampus tidak bisa melakukan pekerjaan dibidang pertanian. Saya tentu menampik hal tersebut. Walaupun tidak bisa bekerja profesional sebagai seorang petani, toh saya masih bisa melakukan hal demikian dengan level grotal-gratul.

Sebagai seorang yang lahir dari 'rahim' petani tentu saya harus meneruskan tradisi ini. Tradisi menanam, merawat dan pada akhirnya memanen. Bergelut dibidang pertanian dilatih bersikap sabar, sabar menunggu pertumbuhan tanaman, sabar merawat tanaman, sabar jika hama mewabah dan sabar jika gagal panen. 

Bapak pernah berkata bahwa nandur karo ingon-ingon (menanam dan memelihara ternak)  adalah sesuatu yang menenangkan hati. Keduanya tidak membuat hati kemrungsung. Oleh karenanya, walaupun saya sudah menjadi pegawai pengangguran, saya masih melanjutkan tradisi pertanian. Selain mendapatkan inspirasi baru,  saya ingin punya hati yang tentram dan tentu disayang mertua. 

Begitulah cara merenggut hati mertua dalam versi yang sangat sederhana. Ingat! Semua menantu mempunyai cara yang berbeda untuk merebut hati mertuanya. 

Salam disayang mertua! 

Metro, 2 November 2018

Bagikan

Jangan lewatkan

Merenggut Hati dan disayang Mertua #catatannikah
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.