LUKMAN HAKIM
Penggiat Komunitas Hijau
Penggiat Komunitas Hijau
PAHLAWAN
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti orang yang menonjol
karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran.
Mengorbankan apa yang dimiliki untuk membela kebenaran baik harta, waktu bahkan nyawa sekalipun.
Prof.
Philip G Zimbargo dalam risetnya yang bertajuk The Heroic Imagination
Project ingin mengubah paragidma masyarakat tentang makna pahlawan, dia
mengungkapkan untuk menjadi pahlawan tidak perlu ditempuh dengan
kekerasan, sebaliknya dengan jalan perdamaiaan.
Kedua sifat kepahlawanan tidak wajib ‘wah’, cukup bertindak saat dibutuhkan. Terakhir, semua orang bisa menjadi pahlawan.
Dalam
konteks berbangsa dan bernegara, pahlawan adalah orang yang
bercita-cita membela kepentingan rakyat dan menanggalkan kepentingan
kelompok, etnis, atau partai politik.
Lencana pahlawan pantas disematkan di pundak orang- orang yang berjuang demi kepentingan rakyat.
Founding
Fathers kita dalam periode awal banyak yang rela melucuti ego mereka
yang terbalut partai politik dan ideologi ketika sama- sama berjuang
merebut kemerdekaan.
Soekarno dan M. Natsir adalah representasi dari pahlawan sesungguhnya.
Kedua tokoh ini adalah cermin untuk para negarawan, bagaimana seharusnya bersikap ‘dewasa’ dalam menjalankan pemerintahan.
Sementara
M. Natsir adalah negarawan agamis yang bersahaja, sebagai pimpinan
partai islam besar masa itu yaitu Masyumi. M. Natsir pada awalnya
tersilaukan dengan nasionalisme, tapi lama kelamaan Natsir merasa
Soekarno mulai merendahkan islam dengan mengatakan bahwa kemerdekaan
tidak akan bisa ditempuh dengan islam.
Perseruan
terus bergulir dan M. Natsir membantah pandangan kaum nasionalis tentang
islam dengan menulis di Majalah Pembela Islam yang dipimpinnya saat
itu.
Sampai akhrinya ‘kemesraan’ di antara keduanya terjalin pada tahun 1946 pasca proklamasi kemerdekaan.
Saat itu Sukarno menjadi Presiden dan M. Natsir menjabat sebagai Menteri Penerangan.
Sjahrir
sebagai Perdana Menteri. Diusulkan M. Natsir jadi menteri tidak membuat
Soekarno keberatan, bahkan mengatakan, “Hij is de man” atau dialah
orangnya. Meski berseberangan ideologi, Soekarno dan Natsir kompak
membangun Indonesia.
Puncak dari kemesraan
keduanya terlihat saat Natsir mengajukan bahwa Mosi harus kembali ke
negara persatuan dan lepas dari Republik Indonesia Serikat.
Di meja parlemen itu Natsir memuji kepribadian Soekarno dan Hatta sebagai negarawan yang hebat.
Sehingga Soekarno- Hatta layak menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
Begitulah sikap para pahlawan sejati.
Percaturan Politik DPR Dualisme DPR yang hari ini memanas menandakan bahwa proses demokrasi era baru sedang dimulai.
Konfigurasi
partai politik dalam Koalisi Merah Putih (KMP) yang memiliki jumlah
kursi lebih banyak dibanding Koalisi Indonesia Hebat (KIH) menjadikan
KMP sebagai oposisi KIH di parlemen.
KMP diharapkan bisa bersikap “dewasa” saat bersama pemerintah menelurkan kebijakan termasuk Undang- undang.
Jika
ingin disebut pahlawan, harus ada pengendalian ego, menjernihkan
fikiran dan meluruskan niat bahwa peraturan yang akan disepakati adalah
demi kepentingan rakyat bukan untuk kepentingan kelompok tertentu.
Menjadi pahlawan yang rela meletakkan egonya demi kemaslahatan banyak
orang.
Kemesraan, komunikasi, kerjasama harus
dibangun oleh semua komponen yang menduduki kursi parlemen demi
mewujudkan cita-cita luhur yang berpihak pada rakyat.
Sepenuhnya untuk keadilan dan kemakmuran rakyat.
Sistem
checks and balances menginstruksikan bahwa dalam pemerintahan harus ada
mekanisme pengaturan yang sudah disepakati yakni adanya eksekutif,
legislatif dan yudikatif.
Semoga sebagai apa pun, elit negeri ini selalu mengedepankan semangat para pahlawan.
Termasuk semua warga negara.
Mungkin juga perlu digagas, makam pahlawan bukan hanya untuk kuburan aparatur pemerintah atau khusus polisi dan tentara.
Para
pejuang lingkungan, kesehatan, politik, kebudayan, pendidikan dan
sebagainya, bisa masuk juga dimakamkan di sana, di makam pahlawan.
Terbit di koran Editor pada 11 November 2014
Bagikan
Memaknai Pahlawan Kita
4/
5
Oleh
Lukman Hakim