Sunday, December 14, 2014

Memaknai Pahlawan Kita

LUKMAN HAKIM
Penggiat Komunitas Hijau

PAHLAWAN dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran.
Mengorbankan apa yang dimiliki untuk membela kebenaran baik harta, waktu bahkan nyawa sekalipun.
Prof. Philip G Zimbargo dalam risetnya yang bertajuk The Heroic Imagination Project ingin mengubah paragidma masyarakat tentang makna pahlawan, dia mengungkapkan untuk menjadi pahlawan tidak perlu ditempuh dengan kekerasan, sebaliknya dengan jalan perdamaiaan.
Kedua sifat kepahlawanan tidak wajib ‘wah’, cukup bertindak saat dibutuhkan. Terakhir, semua orang bisa menjadi pahlawan.
Dalam konteks berbangsa dan bernegara, pahlawan adalah orang yang bercita-cita membela kepentingan rakyat dan menanggalkan kepentingan kelompok, etnis, atau partai politik.
Lencana pahlawan pantas disematkan di pundak orang- orang yang berjuang demi kepentingan rakyat.
Founding Fathers kita dalam periode awal banyak yang rela melucuti ego mereka yang terbalut partai politik dan ideologi ketika sama- sama berjuang merebut kemerdekaan.
Soekarno dan M. Natsir adalah representasi dari pahlawan sesungguhnya.
Kedua tokoh ini adalah cermin untuk para negarawan, bagaimana seharusnya bersikap ‘dewasa’ dalam menjalankan pemerintahan.
Soekarno dikenal sebagai bapak nasionalis Indonesia.
Sementara M. Natsir adalah negarawan agamis yang bersahaja, sebagai pimpinan partai islam besar masa itu yaitu Masyumi. M. Natsir pada awalnya tersilaukan dengan nasionalisme, tapi lama kelamaan Natsir merasa Soekarno mulai merendahkan islam dengan mengatakan bahwa kemerdekaan tidak akan bisa ditempuh dengan islam.
Perseruan terus bergulir dan M. Natsir membantah pandangan kaum nasionalis tentang islam dengan menulis di Majalah Pembela Islam yang dipimpinnya saat itu.
Sampai akhrinya ‘kemesraan’ di antara keduanya terjalin pada tahun 1946 pasca proklamasi kemerdekaan.
Saat itu Sukarno menjadi Presiden dan M. Natsir menjabat sebagai Menteri Penerangan.
Sjahrir sebagai Perdana Menteri. Diusulkan M. Natsir jadi menteri tidak membuat Soekarno keberatan, bahkan mengatakan,  “Hij is de man” atau dialah orangnya. Meski berseberangan ideologi, Soekarno dan Natsir kompak membangun Indonesia.
Puncak dari kemesraan keduanya terlihat saat Natsir mengajukan bahwa Mosi harus kembali ke negara persatuan dan lepas dari Republik Indonesia Serikat.
Di meja parlemen itu Natsir memuji kepribadian Soekarno dan Hatta sebagai negarawan yang hebat.
Sehingga Soekarno- Hatta layak menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
Begitulah sikap para pahlawan sejati.
Percaturan Politik DPR Dualisme DPR yang hari ini memanas menandakan bahwa proses demokrasi era baru sedang dimulai.
Konfigurasi partai politik dalam Koalisi Merah Putih (KMP) yang memiliki jumlah kursi lebih banyak dibanding Koalisi Indonesia Hebat (KIH) menjadikan KMP sebagai oposisi KIH di parlemen.
KMP diharapkan bisa bersikap “dewasa” saat bersama pemerintah menelurkan kebijakan termasuk Undang- undang.
Jika ingin disebut pahlawan, harus ada pengendalian ego, menjernihkan fikiran dan meluruskan niat bahwa peraturan yang akan disepakati adalah demi kepentingan rakyat bukan untuk kepentingan kelompok tertentu. Menjadi pahlawan yang rela meletakkan egonya demi kemaslahatan banyak orang.
Kemesraan, komunikasi, kerjasama harus dibangun oleh semua komponen yang menduduki kursi parlemen demi mewujudkan cita-cita luhur yang berpihak pada rakyat.
Sepenuhnya untuk keadilan dan kemakmuran rakyat.
Sistem checks and balances menginstruksikan bahwa dalam pemerintahan harus ada mekanisme pengaturan yang sudah disepakati yakni adanya eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Semoga sebagai apa pun, elit negeri ini selalu mengedepankan semangat para pahlawan.
Termasuk semua warga negara.
Mungkin juga perlu digagas, makam pahlawan bukan hanya untuk kuburan aparatur pemerintah atau khusus polisi dan tentara.
Para pejuang lingkungan, kesehatan, politik, kebudayan, pendidikan dan sebagainya, bisa masuk juga dimakamkan di sana, di makam pahlawan. 
Terbit di koran Editor pada 11 November 2014

Bagikan

Jangan lewatkan

Memaknai Pahlawan Kita
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.