Sunday, June 26, 2016

Ibadah Media Sosial

Lukman Hakim
Admin kelilingmetro.com


Sebagai seorang muslim, kita tidak diperkenankan berburuk sangka kepada sesama muslim, juga orang lain yang berbeda keyakinan sekalipun. Tapi bagaimana kemudian menyikapi orang-orang yang beribah kemudian berfoto ria dan diposting ke media sosial. Apakah serta merta kita menyalahkan dan tidak memberikan ruang untuk mendengar penjelasan dan motivasinya mengapa hal demikian dil
akukan.

Ibadah dalam artian semua yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya merupakan sesuatu yang bersifat pribadi dalam mengharap ganjaran dari Tuhan. Dan Tuhan pun dengan sifat maha bijaksana-Nya tidak memperlihatkan ganjaran tersebut sehingga manusia harus selalu mengupayakan ibadah secara kontinyu dan perbuatan kepada manusia di manapun dan kapan pun.

Menurut penulis, ada dua motif kenapa kemudian orang-orang mencoba menyebarluaskan ibadahnya kepada netizen−teman dunia mayanya. Pertama mengajak agar orang yang melihat postingan juga dapat melakukan hal yang sama sehingga kebaikan dan ibadah dapat dilakukan secara massif oleh banyak orang. Alasan kedua, media sosial sebagai  ladang pemuasan diri bagi pemilik akun, artinya pemilik akun akan merasa puas sekaligus bangga apabila kegiatan yang mereka lakukan dilihat oleh banyak orang, di like dan dikomentari. 

Dua keadaan tersebut memang sangat sukar sekali untuk dibedakan, karena memang niat adalah pekerjaan hati yang tidak bisa dinilai,  berubah dengan cepat−juga seperti iman seseorang yang mudah sekali berubah kondisi. Siapa yang tahu jika awalnya seseorang ingin beribadah tapi pada akhirnya sifat pamer yang muncul, yang menginginkan pujian orang lain. Persoalan niat, itu menjadi   urusan pemilik niat dengan Tuhannya tanpa ada campur tangan pihak manapun.

Dunia maya dengan media sosial sebagai perantara, kadang tidak mnggambarkan kondisi riil life seseorang. Media sosial tidak jarang menjadi media berpura-pura, topeng penutup keadaan, media berekprsesi yang kadang tidak lagi mempertimbangkan nilai dan etika. Nah, di sini kemudian sikap bijak bermedia sosial dibutuhkan. Supaya apa? Supaya media sosial menjadi media untuk menyebarkan kebenaran dan kebaikan secara luas.

Penulis fikir, media sosial bisa menjadi ladang ibadah jika dimaksimalkan untuk menyebarkan kebaikan−tidak sebatas ibadah pribadi. Umpamanya mengikuti perkembangan perjuangan kartini Kendeng Jawa Tengah yang membela tanah mereka agar tidak tidak dimonopoli dan dibeli oleh pabrik semen. Menjaga pegunungan karst sebagai cekungan wadah air di pulau Jawa dari keserakahan kapitalisme yang berwujud pabrik semen.

Atau seperti masyarakat Metro dan sekitar yang kemudian tergerak dan akhirnya bergerak untuk membantu Imam, penderita kanker tulang yang keluar dari rumah sakit di kota Metro dengan alasan BPJS telah kadaluarsa.  Pada akhirnya juga menggerakan kitabisa.com, pojoksamber.com, HITS Up Charity dan banyak komunitas bergerak  menghimpun dana demi operasi pemilik nama lengkap Imam Zaunuri.

Di sini terlihat bahwa kebaikan satu mempengaruhi kebaikan-kebaikan yang lain,  ibadah segogyanya demikian, tidak hanya memberi dampak  pada diri sendiri, lebih jauh pelaksanaan ibadah harus memberikan dampak untuk orang-orang di sekeliling kita, orang-orang yang berada dekat dengan kita.




Bagikan

Jangan lewatkan

Ibadah Media Sosial
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.