Wednesday, August 10, 2016

Perempuan Tanpa Masak?

Lukman Hakim
Pemerhati Perempuan
Gambar Ilustrasi: Perempuan sedang Masak

Sejarah memasak makanan sudah ada sejak 1,9 juta tahun lalu, seperti yang dinyatakan oleh  Ahli biologi evolusi dari Harvard University, Chris Organ, dia menemukan hal itu ketika menelusuri sejarah menghidangkan makanan dengan menengok perkembangan ukuran gigi dan perilaku konsumsi makanan pada pohon keluarga manusia. Mereka menyimpulkan bahwa memasak lazim dilakukan Homo erectus. Pengecilan ukuran gigi geraham di duga karena gigi digunakan untuk mengunyah makanan yang telah dimasak terlebih dahulu sehingga lebih mudah. Pada akhirnya gigi geraham ukuran besar tidak digunakan lagi untuk mengunyak makanan keras yang belum dimasak. (https://m.tempo.co)
Berbicara soal masak-memasak, kaum hawa selalu identik dengan pekerjaan yang satu ini. Masak merupakan bagian dari aktifitas yang dijalani perempuan sebagai ibu rumah tangga atau kodrat perempuan yang harus mengurus dapur. Ungkapan yang menyatakan urusan perempuan hanya di dapur, kasur dan sumur sudah lama bergeser seiring dengan tingkat pendidikan kaum perempuan yang makin tinggi, dan munculnya emansipasi wanita (atau tentang gender) sebagai upaya menyama-padankan hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan sebagai manusia.
Dengan dalih emansipasi wanita,  perempuan-perempuan yang mempunyai tugas membantu suami untuk menjaga harta benda, rumah dan anak-anak, kini mereka tertarik berkarir untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam agama Islam, semua tugas rumah tangga sesungguhnya menjadi kewajiban suami, seperti memasak, mencuci, membereskan rumah, mengurus anak, dan segala keperluan keluarga, tetapi tugas laki-laki kemudian terbagi dengan hadirnya wanita sebagai isteri.
Dalam persepsi penulis, perempuan yang bekerja untuk membantu suami mencari nafkah tidak menyalahi aturan, selama pekerjaan yang dilakoni tidak melupakan kewajiban perempuan sebagai seorang isteri, ibu dan pengurus keluarga. Selama pekerjaan yang dijalani tidak membuat kewajiban terabaikan, maka semua bisa difahami sebagai upaya bersama suami dan isteri untuk membuat kondisi keluarga menjadi lebih baik. Lalu bagaimana dengan perempuan yang bekerja dan menyerahkan urusan rumah tangga kepada orang lain−asisten rumah tangga?
Jika diperhatikan, lakon perempuan dalam mengurus rumah sebenarnya dipermudah dengan hadirnya teknolgi. Mencuci misalnya, dipermudah dengan hadirnya mesin cuci, atau memasak yang sekarang dapat lebih praktis dengan bantuan kompor gas dan peralatan canggih lain. Lantas, kenapa kemudian perempuan tidak/belum memasak?
Soal masak-memasak, penulis fikir seorang perempuan wajib menguasai ilmu ini. Bahwa memasak adalah bagian yang tidak boleh dipisahkan dari perempuan. Suatu waktu, boleh saja memasak dimawakilkan kepada orang lain, mungkin asisten rumah tangga atau chatering di rumah makan. Tapi pada akhirnya perempuan tetap harus akrab dengan dengan dunia masak-memasak.
Seorang perempuan  tulen ditunjukkan dengan kemahirannya memasak. Selain itu, memasak adalah usaha untuk mendekatkan hubungan emosional antar anggota keluarga. Dimana masakan yang dihidangkan oleh seorang isteri menjadi bagian dari perhatian kepada suami. Pun dengan anak, bahwa masakan yang dibuat seorang ibu adalah bagian dari wujud kepedulian.
Masak juga mendidik anak-anak agar terbiasa bersikap disiplin. Seorang ibu harus bangun pagi untuk mulai memasak, dan makanan harus siap sebelum anggota keluarga berangkat mengerjakan kegiatan, anak pergi ke sekolah dan suami pergi bekerja.
Masak merupakan keterampilan meracik bahan makanan dan bumbu-bumbu dapur sehingga memunculkan hidangan istimewa dengan cita rasa berbeda. Perempuan yang terbiasa memasak berarti  sudah mahir meramu bahan-bahan makanan satu dengan yang lain. Dengan kata lain, perempuan yang mahir memasak diharapkan juga mahir dalam ‘meramu’ keluarga sehingga suasana nikmat berkeluarga bisa dirasakan oleh semua anggota keluarga.
Perempuan tidak masak, ibarat masakan tanpa bumbu-bumbu, kurang sedap.

Bagikan

Jangan lewatkan

Perempuan Tanpa Masak?
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.