Pagi itu angin
pelan berhembus, menerpa Bolidi dan Kadirun yang berjalan pulang dari masjid
selepas salat subuh.
"Nanti
sampean ikut sambatan nanem padi di
ladang Kang Wito nggak, Run?" tanya Bolidi kepada Kadirun.
"Belum tahu,
Bol. Soalnya aku nanti mau kerja di tempat Pak Misno"
Sepagi itu
sudah ada kucing liar bertengkar yang tak tahu sedang memperebutkan apa. Suaranya
terdengar sangat jelas karena pagi itu belum ada suara kendaraan atau manusia
yang sedang berbincang.
"Hus, hus,
hus." Bolidi mencoba melerai kucing tersebut. Tapi tetap saja kucing itu bertengkar,
Bolidi dan Kadirun berlalu.
"Gotong
royong, sambatan itu penting lo, Run.
Kita nanti kan bisa berkumpul sama tetangga, ngobrol-ngobrol juga pas di
ladang"
"Sampean
bener, Bol. Tapi ya mau gimana lagi. Aku ini kan petani yang nggak punya
ladang, biasa buruh. Kalau aku nggak kerja ya nggak bisa dapat uang. Aku juga
punya keluarga; anak dan istri yang harus dipenuhi kebutuhannya. Biaya sekolah
anak, kebutuhan sehari-hari, begitu lo, Bol." jawab Kadirun.
"Iya aku
tahu, Run. Tapi kalau nggak salah nanti di tempat Kang Wito di kasih upah, kita dibayar," jelas Bolidi kepada Kadirun.
"Wah,
alhamdulillah kalau begitu. Tapi aku sudah janji duluan mau kerja di tempat Pak
Misno. Jadi ya tetap nggak bisa ikut sambatan
di tempat Kang Wito," jawab Kadirun yang sudah sampai di pinggir jalan
depan rumahnya.
"Mampir
dulu, Bol. Kita ngopi sambil ngobrol-ngobrol dulu," ajak Kadirun.
"Aku
langsung lanjut aja, Run."
Bolidi
melanjutkan perjalanan menuju rumahnya yang jaraknya sepuluh rumah dari rumah
Kadirun menuju selatan. Sedangkan Masjid Nurul Hidayah yang mereka datangi
untuk salat subuh
berjamaah berjarak lima belas rumah arah utara dari rumah Kadirun.
"Sekarang
ini budaya gotong royong sudah terkikis dimasyarakat. Nggak kayak dulu zamanku
kecil. Sekarang ini apa-apa harus diukur dengan duit. Tapi memang ada benarnya juga apa yang dikatakan Kadirun, kalau dia
nggak kerja gimana dia mencukupi
kebutuhan keluarganya. Sekarang ini sambatan
ya dibayar," gerutu Bolidi dalam hati sambil jalan menuju rumahnya.
Bagikan
Bolidi dan Gotong Royong
4/
5
Oleh
Lukman Hakim