Embikan kambing membersamai obrolan kami pagi ini (10 Desember 2017) tentang pembuatan pakan fermentasi yang kakak kembangkan belum lama ini. Saya sebelumnya sudah memberikan referensi video-video peternakan kambing yang ada diberbagai daerah di Indonesia.
Setelah menonton video tersebut akhirnya kakak
saya memutuskan untuk membuat pakan kambing sendiri dengan inovasi daun
singkong karena melimpahnya daun tersebut di Dusun 3B Desa Binakarya Utama
Kecamatan Putra Rumbia Kabupaten Lampung Tengah.
Pembuatan pakan fermentasi terbilang mudah, kita
cukup menyiapkan plastik besar sebagai tempat penampungan daun singkong yang
sebelumnya sudah di cacah kecil, selanjutnya didiamkan dalam plastik tertutup
tersebut selama 2 bulan lebih 15 hari. Setelah waktu tersebut berlaku maka
pakan fermentasi sudah bisa diberikan untuk kambing-kambing. Pencacahan daun
singkong yang membentuk tekstur lebih kecil tujuannya agar duan singkong yang
sebagain memilki dahan yang keras tidak merusak plastik, juga untuk mempermudah
memasukkan daun singkong dalam plastik.
Keberhasilan pembuatan pakan fermentasi ini
ditandai dengan bau khas yang muncul dari daun singkong. Ada aroma seperti madu
hutan ketika kita mencium daun singkong, warna daunnya bukan hitam tetapi
coklat. Produk pakan fermentasi dikatakan gagal apabila hasil akhir daei pakan
fermentasi berbau busuk dan daun berwarna hitam.
"Apa daun lain tak bisa dimanfaatkan
mas?" celetuk saya.
"Bisa saja kita memanfaatkan daun lain seperti daun muntul, atau daun lainnya. Tapi kan stoknya tidak
banyak. Dan pembuatan pakan fermentasi harus full satu plastik, kalau tidak ya nanggung.
Eman-eman plastiknya," jelasnya.
Daun muntul tidak memiliki struktur seperti daun
singkong. Daun muntul memilki tekstur daun lebih lembut di
bandingkan daun singkong sehingga daun muntul berpotensi lebih besar untuk gagal.
Pagi itu saya melihat kambing-kambing di kandang
tidak diberi pakan fermentasi. Di sepanjang tempat pakan yang memanjang 5 meter
saling berhadapan di isi dengan daun singkong yang belum difermentasi.
Jumlahnya yang sedikit inilah yang menyebabkan pakan tersebut belum
difermentasi dan diberikan langsung ke kambing-kambing.
Inovasi pembuatan pakan fermentasi ini bisa
menghemat biaya dan waktu. Jadi ketika kakak saya bisa membawa satu edet pakan ternak ke kandangnya maka dia
tidak akan mencari pakan (ngarit) selama hampir satu minggu ke depan.
Selain pakan fermentasi, di peternakan
kecil-kecilan Waroeng Ternak ini kami juga memberikan minuman kambing yang
dicampur dengan tetes tebu atau limbah sisa olahan tebu. Menurut
penuturan Aji, salah satu teman yang bekerja di peternakan Humas Lampung
Tengah, tetes tebu ini bisa membantu membuat gemuk kambing-kambing yang ada.
Saya selalu berkonsultasi dengan mereka yang berkompeten dalam peternakan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
Cukup sekian cerita tentang Waroeng Ternak kali.
Saya akan lanjutkan dengan cerita dan kesempatan yang tentunya.
Bagikan
Waroeng Ternak (Bagian 2)
4/
5
Oleh
Lukman Hakim