Monday, December 11, 2017

Waroeng Ternak (Bagian 2)


Embikan kambing membersamai obrolan kami pagi ini (10 Desember 2017) tentang pembuatan pakan fermentasi yang kakak kembangkan belum lama ini. Saya sebelumnya sudah memberikan referensi video-video peternakan kambing yang ada diberbagai daerah di Indonesia.
Setelah menonton video tersebut akhirnya kakak saya memutuskan untuk membuat pakan kambing sendiri dengan inovasi daun singkong karena melimpahnya daun tersebut di Dusun 3B Desa Binakarya Utama Kecamatan Putra Rumbia Kabupaten Lampung Tengah.  
Pembuatan pakan fermentasi terbilang mudah, kita cukup menyiapkan plastik besar sebagai tempat penampungan daun singkong yang sebelumnya sudah di cacah kecil, selanjutnya didiamkan dalam plastik tertutup tersebut selama 2 bulan lebih 15 hari. Setelah waktu tersebut berlaku maka pakan fermentasi sudah bisa diberikan untuk kambing-kambing. Pencacahan daun singkong yang membentuk tekstur lebih kecil tujuannya agar duan singkong yang sebagain memilki dahan yang keras tidak merusak plastik, juga untuk mempermudah memasukkan daun singkong dalam plastik.

Keberhasilan pembuatan pakan fermentasi ini ditandai dengan bau khas yang muncul dari daun singkong. Ada aroma seperti madu hutan ketika kita mencium daun singkong, warna daunnya bukan hitam tetapi coklat. Produk pakan fermentasi dikatakan gagal apabila hasil akhir daei pakan fermentasi berbau busuk dan daun berwarna hitam.
"Apa daun lain tak bisa dimanfaatkan mas?" celetuk saya.

"Bisa saja kita memanfaatkan daun lain seperti daun muntul, atau daun lainnya. Tapi kan stoknya tidak banyak. Dan pembuatan pakan fermentasi harus full satu plastik, kalau tidak ya nanggung. Eman-eman plastiknya," jelasnya.

Daun muntul tidak memiliki struktur seperti daun singkong. Daun muntul memilki tekstur daun lebih lembut di bandingkan daun singkong sehingga daun muntul berpotensi lebih besar untuk gagal.
Pagi itu saya melihat kambing-kambing di kandang tidak diberi pakan fermentasi. Di sepanjang tempat pakan yang memanjang 5 meter saling berhadapan di isi dengan daun singkong yang belum difermentasi. Jumlahnya yang sedikit inilah yang menyebabkan pakan tersebut belum difermentasi dan diberikan langsung ke kambing-kambing.
Inovasi pembuatan pakan fermentasi ini bisa menghemat biaya dan waktu. Jadi ketika kakak saya bisa membawa satu edet pakan ternak ke kandangnya maka dia tidak akan mencari pakan (ngarit) selama hampir satu minggu ke depan.
Selain pakan fermentasi, di peternakan kecil-kecilan Waroeng Ternak ini kami juga memberikan minuman kambing yang dicampur dengan tetes tebu atau limbah sisa  olahan tebu. Menurut penuturan Aji, salah satu teman yang bekerja di peternakan Humas Lampung Tengah, tetes tebu ini bisa membantu membuat gemuk kambing-kambing yang ada. Saya selalu berkonsultasi dengan mereka yang berkompeten dalam peternakan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Cukup sekian cerita tentang Waroeng Ternak kali. Saya akan lanjutkan dengan cerita dan kesempatan yang tentunya.

Bagikan

Jangan lewatkan

Waroeng Ternak (Bagian 2)
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.