Friday, November 29, 2013

opiniku yang tak terbit: PENDIDIKAN LANGKAH SOLUTIF MENGURANGI KEMISKINAN



PENDIDIKAN  LANGKAH SOLUTIF MENGURANGI KEMISKINAN

Oleh uman al-hakim

Perekonomian yang maju merupakan indikator dari negara yang maju. Walaupun masih banyak pointer yang menjadi ciri dari negara maju. Akan tetapi, perekonomian bisa dikatakan tataran atas dalam mengindentifikasi negara .yang sudah maju. kita ambil contoh negara adidaya Amerika Serikat dengan sistem ekonomi kapitalisnya yang secara implisit telah membuat para penduduknya terlihat memiliki harta yang cukup bahkan berlebih (kaya). Perekonomian yang maju akan menjadi penyokong kegiatan-kegoatan lain yang bisa meningkatkan dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, sosial dan budaya.

Perekonomian yang lemah menyebabkan banyak problem bagi masyarakat terutama yang berada di kelas bawah. Mari kita Tengok berbagai masalah yang timbul sebagai konsekuensi dari sistem perekonomian di negeri kita. Dari data yang tercatat  Badan Perenacanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mematok target tingkat kemiskinan tahun 2012 sebesar 10,5-11,5 persen. Target tersebut lebih tinggi dari tahun ini, yakni sebesar 12,49 persen dari total penduduk. Menyedihkan memang, bukan semakin terpangkas angka kemiskainan dari tahun ke tahun, tapi malah jumlahnya semakin merangkak. Kalau hanya disorot dari kota-kota besarnya saja, mungkin indonesia secara sepintas telah menjadi negara yang maju.Namun jika di kaji lebih mendalam, kita akan melihat jumlah kemiskinan yang memperihatinkan. Kenapa masih banyak orang-orang yang tidak memiliki rumah tinggal yang tetap, kenapa masih banyak anak jalanan, kenapa masih banyak orang masih hobi  menjadi pengemis.

Permalasalahan lain yang masih berkaiatan dengan perekonomianyang kurang maksimal yaitu masalah pengangguran. Jumlah pengangguran meningkat yang diakibatkan oleh minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Penggguran terdidik pun tidak kalah secara kuantitasnya, disebabkan karena kualitas dari para pengangguran terdidik yang pada masa di bangku sekolah tinggi tidak dimaksimalkan. Mereka yang hanya berorintasi pada angka yang tertulis (IPK) sebagai patokan dalam menjalani proses pembelajaran. Prose yang sangat berharga yang mungkin tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan yang sama. Selanjutnya masalah kepedulian para para akademis yang sangat kurang.Kekritisan para mahasisw turun drastis bahkan tidak kritis sama sekali dengan berbagai dimensi permasalahan bangsa ini. Jikapun ada yang peduli, mungkin masih bisa terhitung jumlahnya.

Walaupun jumlah pengangguran turun akan tetapi tingkat kemiskinan belum bisa di tekan. Perlu kerja keras dari pihak terkait dan di bantu oleh semua lapisan masyarat untuk mengentaskan penganggugaran. Pengadaan proyek-proyek dari pemeirntah yang kemudian akan membutuhkan  pekerja, bisa mengurangi angka kemiskinan. Dan masih banyak sebetulnya jalan yang bisa di tempuh.

Pendidikan ikut andil
Kemiskian, pengangguran, kriminaliitas dan masalah yang timbul sebagai akibat ketidakmerataan dalam bidang ekonomi  menjadi pekerjaan rumah untuk kita bersama . Lalu seberapa besarperan pendidikan dalam hal kesejahteraan. Dengan adanya pendidikan yang bermutu, ditunjang pula dengan kualitas dari tenaga pengajar yang kompeten dan profesional di bidangnya maka apa yang menjadi harapkan itu mudah terwujud. Dengan pengajar bisa memberikan ibar yang baik pada para murid ataupun mahasiswa. Sehingga secara tidak langsung akan terjadi proses implementasi atau proses duplikasi yang terjadi untuk menirukan hal yang sama pada dosen atau guru. Kalau memungkinkan pun seorang pengajar harusnya bisa menjadi orang yang di favoritkan sehingga proses peniruan akan semakin mudah.

Sarana dan prasarana juga sagat urgen untuk keberlangsungan pendidikan sesuai dengan apa yang di cita-citakan. Buku sebagai jendela ilmu sangatlah penting yang harus menjadi pemenuhan kebutuhan dalam belajar. Ketiak berada di lingkunagn sekolah mungkin ilmu yang di dapatkan hanya 50% saja, akan tetapi jika di dukunng oleh buku-buku maka pengetahuan pun akan bertambah. Bukankah ayat yang pertama turun itu adalah perintah untuk membaca. Iqra’, bacalah, kemudian apa yang mau kita baca jika tidak ada buku. Pemerintah yang notabene adalah wakil dari rakyat sudah selayaknya mendengarkan apa yang menjadi keluhan-keluhan. Tanpa harus meminta, seharusnya tahu apa yang di butuhkan untuk memajukan pendidikan di indonesia.

Pemerataan sarana dan prasara di negeri jamrud khatulistiwa ini belum sepenuhnya maksimal, tidak banyak yang bisa menikmati dunia pendidikan, tidak banyak anak-anak yang memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam bangku sekolah. Kita tengok mereka yang ada di pelosok-pelosok negeri ini, semangat untuk menuntut ilmu begitu luar biasa. Harus melewati jembatan yang hanya terbuat dati seutas  tambang, harus menyeberangi lautan sampai berpuluh-puluh kilo meter, berjalan menapaki track. Mereka tidam memikirkan seberapa besar risiko yang akan mereka hadapi. Yang mereka pikirkan adalah bahwa pendidikan itu amat sangat penting untuk mereka. Komparasikan dengan mereka yang da di perkotaan. Sarana prasarana yang di sediakan oleh pemerintah komplit, akan tetapi mereka malah menyeleweng dari kewajiban mereka. Mereka telah asyik dengan fasilitas yang diberikan oleh orang tua danm pihak sekolah.  Sekolah hanya main-main, terkontaminasi oleh virus –virus yang membahayakan untuk perkembangan intelektuallitasnya. 

Pelajar dan mahasiswa juga harus ikut ambil andil dalam memajukan negeri ini khususnya lewat pendidikan. Bukankah yang menjadi subjek sesungguhnya adalah mereka, tapi mereka kurang faham dengan peranna tersebut. Seharusnya mereka bisa menuntut ilmu dengan baik dan benar. Mereka harus sadar jika mereka tidak hanya iron stock, mereka lebih dari itu. Seorang pelajar dan mahasiswa harus bisa menjadi golden stock untuk memimpin dan membawa nusantara ini menjadi yang lebih baik dan bisa berkompetisi di ranah internasional.

Bukankah dalam amanah UUD 1945 telah menyebutkan bahwa tujuan dari pendidikan adalah  mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Sungguh luar biasa amanah dari dasar negara kitab yang telah di buat oleh founding father negera ini. Kita sebagai bagian dari negara ini sudah sepatutnya ikut peran aktif untuk mewujudkan visi itu sesuai dengan bidang kita masing-masing. Pemaksimalan kerja merupakan salah satu implementasi dari hal tersebut.

Hakikat Pendidikan Berkarakter
Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk menumbuhkan pemahaman dan menciptakan orang yang bermoral, memanusiakan manusia. Apa jadinya jika pendidikan hanya berorientasi pada pemenuhan atas pekerjaan di masa akan datang. Memang tidak salah berfikir demikian, tetapi visi yang lebih besar ada pada pendidikan. 

Pendidikan karakter atau penanaman nilai-nilai luhur juga harus kemudian di ajarkan pula pada anak-anak di negara kita ini agar tidak terjadi krisis moral. Yang saat ini terjadi adalah tidak adanya rasa persaudaraan dan kekeluargaan sehingga menyebabkan terpecah belah, saling mencemo’oh, saling ejek, bahkan saling membunuh, sungguh sangat tragis memang. Sama-sama satu negara, satu bangsa, dan satu bahasa bisa sesadis itu.

Jangan juga jadikan pekerjaan hanya sebagai orientasi dalam menenpuh pendidikan. Tapi dengan pendidikan bagaimana kita bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi lingkungan. Dengan pendidikan kita berfifkir inovatif sehingga akan bisa mendiriksn bisnis. Dengan  bisnis itu kita membutuhkan karyawan. Sehingga kita bisa merekrut masyarakat yang ada di sekitar untuk menjadi karyawan, di situ kita sudah berperan menguranngi tingkat pengangguran yang ada. Dengan kurangnya angka pengangguran maka akan berimbas pula kepada tingkat kemiskinan pula yang semakin terpangkas. Ketika penganguran dan kemiskinan sudah bisa teratasi maka tingkat dari tindak kriminalitas pun juga akan semakin mengecil. Kriminalitas mayoritas terjadi karena para pelaku tidak memiliki pererjaan tepat sehingga kebutuhan sehari-hari tidak terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut cara yang mudah sekali dilakukan adalah merampok ,mencuri, dan lain sebagainya karena sebagau akibat dari minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia. 

            Sekulerisme dalam pendidikan pun juga harus dihapuskan. Jangan sampai ada pemisahan antara pendidikan formal dan pendidikan agama. Jika semua tetap terjadi maka yang terjadi adalah kita akan tetap seperti ini sebagai negara yang tertinggal dari negara-negara lain. Pendidikan agama tidak boleh dikesampingkan, pendidikan agama harus berjalan beriringingan dengan pendidikan formal. Karena pendidikan agama merupakan pendidikan akhlak dan jiwa yang kemudian sangat berpengaruh pada mine side dan acttion seseorang.


Bagikan

Jangan lewatkan

opiniku yang tak terbit: PENDIDIKAN LANGKAH SOLUTIF MENGURANGI KEMISKINAN
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.