Oleh: Uman al-hakim
Sebagai makhluk
social manusia akan selalu berbenturan dengan manusia lain yang memberikan
batasan terhadap ‘nafsu diri‘ atau kepentingan pribadi. Tak selamanya apa yang
menjadi keinginan seseorang bisa dipaksakan dengan pihak lain karena
pertimbangan sikap saling menghormati sebagai manifestasi dasar Negara dan
doktrin agama yang mengajarkan demikian.
Dengan dua status
yang di pikul ini, timbul sebuah
pertanyaan, apakah manusia dalam berinteraksi lebih megedepankan sikap egois atau
sikap peduli dan tanggap terhadap lingkungan sekitar? Menjadi manusia peduli
pada dasarnya tidak timbul begitu saja tanpa adanya latihan. Sikap peduli
sesama sungguh memerlukan latihan yang continuitas
dengan tidak mengabaikan keadaan lingkungan itu sendiri.
Peduli, tanggap
sering dikenal dalam istilah lain dengan sebutan responsif. Responsive secara
sederhana dapat diartikan berfikir secara mendalam apa yang terjadi
disekeliling kemudian membuat resolusi dari permasalahan yang timbul. Berbeda
dengan sikap reaktif yang timbul tanpa berfikir terlebih dahulu. Sehingga apa
yang dilakukan setetika itu adalah tindakan tanpa bertimbangan baik dan buruk.
Sensitive sesungguhnya sikap yang lebih tanggap dari pada
responsive. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sensitif berarti: cepat
menerima rangsangan; peka. Akan tetapi, banyak orang diantara kita sering
mendeskriditkan kata sensitive kearah yang negative. Padahal tidak demikian,
sensitive dapat pula dipakai untuk menunjukkan perilaku positif.
Memumbuhkan Sensitifitas Kaum Pemuda, Khususnya Mahasiswa
Pemuda sebagai iron stoke yang akan meneruskan estafet
kepemimpinan bangsa ini seharusnya belajar mengasah insting sensitifnya sedini
mungkin. Hal ini bertujuan untuk mengasah sikap sensitive terhadap diri
sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar. Sensitive terhadap diri sendiri
adalah peduli dengan nasib dan masa depan. Keyakinan bahwa masa depan ada
digenggammanya bukan di tentukan guru, orang tua karena mereka adalah perantara
saja.
Sifat sensitive kepada
keluarga dapat dilatih dengan selalu menjalin komunikasi dengan mereka,
menceritakan permasalahan apa yang sedang diamalai dan mencari jalan keluar
bersama, keterbukaan dalam keluarga akan membuat insting sensitive akan semakin
tajam.
Sensitifitas social
yang memiliki dimensi lebih luas lagi menuntut untuk menjadi pribadi yang
loyal, jujur, dan menghormati. Ini dapat dilatih dengan hal kecil yang ada
disekitar lingkungan seperti saling tegur sapa ketika bertemu, menjadi contoh
ketika ada pekerjaan yang baik.
Atau hal lain sesuai dengan situasi
dan kondisi saat itu. Pada intinya adalah bagaimana kita bias peka terlebih
dahulu dengan keadaan.
Bagikan
Memupuk Sensitifitas Sosial
4/
5
Oleh
Lukman Hakim