Kurang Stok Dosen
Lukman Hakim
Alumnus
Pondok Pesantren Darussalam
Kota
Metro Lampung
“Berapa
jumlah guru yang masih hidup?” itu pertanyaan Kaisar Jepang pasca bom atom
dijatuhkan dan memporak-porandakan
Jepang. Kaisar Hirohito sangat memahami betapa
penting peran guru untuk membangun pengetahuan yang akan menopang negara lebih
dari kekuatan militer. Guru sebagai sosok yang akan mengantarkan suatu kejayaan
negara mencapai puncaknya.
Kesadaran pentingnya
guru dalam suatu negara harus terinternalisasi dalam pemahaman setiap warga
negara. Guru menjadi sosok yang bisa di gugu dan di tiru harus disiapkan untuk
memenuhi kebutuhan peserta didik dalam kerontang pengetahuan, kekurangan ilmu,
dan terpinggirnya moral.
Ketersediaaan tenaga
pengajar, guru, dosen atau orang yang bergelut dalam bidang pendidikan harus
berimbang dengan jumlah peserta didik. Keseimbangan kuantitas peserta didik dan
pendidik akan membawa kepada kualitas hasil pendidikan. Selain ditentukan juga
oleh faktor-faktor lain seperti kualitas pendidik, sarana dan prasarana
pendidikan yang memadai, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.
Keterbatasan jumlah
pengajar di perguruan tinggi negeri sedang menimpa Indonesia. Jumlah dosen dan
mahasiwa yang tidak berimbang akan menyebabkan
kurang maksimalnya kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi. Sehingga akan
menghasilkan output mahasiswa yang belum siap menghadapai kehidupan pasca
kampus.
Berdasarkan
data Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi, jumlah dosen untuk saat
ini kurang dari 160.000 orang. Sedangkan
mahasiswa mencapai 5,4 juta orang. Dari jumlah 160.000 dosen tersebut, sebanyak
30% masih lulusan strata 1 (S-1), lalu S-2 separuhnya dan S- 3 hanya 11%.
Ada
sejumlah faktor penyebab mengapa Indonesia sampai kekurangan tenaga dosen. Pertama, rekrutmen dosen yang tidak
berimbang dengan jumlah mahasiswa yang mendaftar setiap tahunnya ke perguruan
tinggi pada sepuluh tahun terakhir. Jumlah dosen pensiun lebih banyak dibanding
dengan jumlah dosen-dosen baru yang mendaftar ke perguruan tinggi. Kedua, keenganan mahasiswa untuk melirik
dosen sebagai pekerjaan yang mendatangkan banyak rupiah.
Rekrutmen Dosen
Untuk
menjawab masalah kekurangan tenaga pengajar yang ada diperguruan tinggi,
pemerintah harus mengambil langkah strategis untuk memecahkan masalah tersebut.
Pertama, memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk melanjutkan jenjang pendidikan tinggi dengan memfasilitasi
beasiswa. Banyak mahasiswa ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi,
tetapi gagal karena tidak didukung oleh biaya yang cukup.
Aksestabilitas
beasiswa yang mudah, selektif, akan membuat mahasiswa belajar sungguh-sungguh
untuk mendapat beasiswa tersebut. Dengan pemberian beasiswa yang selektif maka
akan menentukan kualitas mahasiswa yang ke depan akan di rekrtut sebagai dosen
di perguruan tinggi.
Kedua, pemerintah melakukan rekrutmen besar-besaran dosen
dengan memudahkan prosedur pendaftaran di birokrasi. Biasanya orang enggan
menjadi pengajar di perguruan tinggi karena rumitnya prosedur yang harus
dilalui, selain masalah klasik tentang faktor ekonomis yang akan didapat.
Prosedur yang mudah akan menarik minat orang menjadi dosen.
Kompetensi
dosen juga harus menjadi perhatian serius jika ingin memperoleh output
pendidikan tinggi yang optimal, peningkatan kuantitas harus dibarengi dengan
kualitas dosen. Peningkatan kualitas dosen juga harus dilakukan oleh dosen yang
bersangkutan, selain dukungan dari pemerintah. Etikat baik bersama ini akan
mengantarkan pada kualitas pendidikan tinggi yang bisa bersaing di dunia kerja.
Tepat
tahun 2015 juga sebagai momentum persaingan bebas masyarakat yang ada di
kawasan Asia Tenggara (MEA). Persaingan yang tidak terbatas pada sektor barang
dan jasa saja, tetapi juga pada pemenuhan tenaga profesional seperti dokter,
perawat, guru, juga dosen. Maka kualitas adalah kata kunci sebagai modal untuk siap bersaing di kancah persaingan
masyarakat ekonomi ASEAN.