Gambar Ilustrasi penangkapan warga |
“Mereka yang pernah menyumbang kemudian di tangkap, mereka dianggap
terlibat aktif menjadi anggota Partai Komunias Indonesia (PKI)”, tutur
Selamet.
Kejadian penangkapan warga yang dianggap aktif dalam partai berlambang palu
arit itu terjadi setelah pecah peristiwa 1965. Masyarakat di desa Muji Rahayu Kecamatan
Seputih Agung juga menjadi sasaran sweping
polisi dan tentara.
Setiap siang dan malam, penangkapan-penangkapan dilakukan oleh polisi dan
tentara kepada mereka yang masuk daftar merah atau kuning. ”Polisi setiap hari masuk
desa, baik siang atau pun malam, selalu menangkap masyarakat yang telah masuk
daftar tangkap. Mereka di paksa naik ke mobil, tak ada yang berani melawan,
membantah perintah polisi.”
Dari kejahuan, Slamet yang saat itu berusia 18 tahun−pemuda tanggung,
menyaksikan drama penangkapan. Pemuda berumur 18 tahun ini tak berani mendekat,
sekedar bertanya atau menegur polisi pun tidak. Yang dia tahu, mereka yang
ditangkap adalah mereka yang masuk daftar tangkap karena telah membayar iuran-iuran
kepada partai yang dianggap terlarang oleh pemerintah orde baru.
Sebelum terjadi penangkapan-penangkapan, anggota/pengurus PKI di tingkat
desa menarik iuran kepada warga. Iuran itu digunakan untuk kegiatan-kegitan
yang menunjang barisan tani Indonesia atau kegiatan lain Partai Komunis Indonesia.
Setelah geger 65, maka orang-orang yang tercatat membayar iuran kemudian di
data, ditangkap dan di bawa ke kodim Bandar Jaya.
Mereka di interogasi, ditanyai soal keterlibatan mereka dengan Partai
Komunis Indonesia. Sebagian dari orang-orang yang ditangkap pulang kepada
keluarganya di desa, sebagian yang lain hanya pulang bajunya saja.
Keluarga yang mendapati baju anggota keluarga yang ditangkap dan
dikembalikan, sudah tahu betul bahwa saudaranya sudah ditembak mati oleh
anggota tentara. Jasad-jasad mereka yang ditembak mati dikubur di belakang markas kodim Bandar jaya.
Warga tidak tahu perisis tentang kuburan massal di sekitaran kodim
tersebut, karena rasa takut terhadap tentara maka warga enggan meninjau
langsung ke markas kodim. Tapi menurut Slamet, di belakang kodim itulah
mayat-mayat korban penembakan disemayamkan.
Bagikan
Hanya Baju yang Pulang
4/
5
Oleh
Lukman Hakim