Monday, November 7, 2016

Hanya Baju yang Pulang



Gambar Ilustrasi penangkapan warga

“Mereka yang pernah menyumbang kemudian di tangkap, mereka dianggap terlibat aktif menjadi anggota Partai Komunias Indonesia (PKI)”, tutur Selamet.
Kejadian penangkapan warga yang dianggap aktif dalam partai berlambang palu arit itu terjadi setelah pecah peristiwa 1965. Masyarakat di desa Muji Rahayu Kecamatan Seputih Agung juga menjadi sasaran sweping polisi dan tentara.
Setiap siang dan malam, penangkapan-penangkapan dilakukan oleh polisi dan tentara kepada mereka yang masuk daftar merah atau kuning. ”Polisi setiap hari masuk desa, baik siang atau pun malam, selalu menangkap masyarakat yang telah masuk daftar tangkap. Mereka di paksa naik ke mobil, tak ada yang berani melawan, membantah perintah polisi.”
Dari kejahuan, Slamet yang saat itu berusia 18 tahun−pemuda tanggung, menyaksikan drama penangkapan. Pemuda berumur 18 tahun ini tak berani mendekat, sekedar bertanya atau menegur polisi pun tidak. Yang dia tahu, mereka yang ditangkap adalah mereka yang masuk daftar tangkap karena telah membayar iuran-iuran kepada partai yang dianggap terlarang oleh pemerintah orde baru.   
Sebelum terjadi penangkapan-penangkapan, anggota/pengurus PKI di tingkat desa menarik iuran kepada warga. Iuran itu digunakan untuk kegiatan-kegitan yang menunjang barisan tani Indonesia atau kegiatan lain Partai Komunis Indonesia. Setelah geger 65, maka orang-orang yang tercatat membayar iuran kemudian di data, ditangkap dan di bawa ke kodim Bandar Jaya.
Mereka di interogasi, ditanyai soal keterlibatan mereka dengan Partai Komunis Indonesia. Sebagian dari orang-orang yang ditangkap pulang kepada keluarganya di desa, sebagian yang lain hanya pulang bajunya saja.
Keluarga yang mendapati baju anggota keluarga yang ditangkap dan dikembalikan, sudah tahu betul bahwa saudaranya sudah ditembak mati oleh anggota tentara. Jasad-jasad mereka yang ditembak mati  dikubur di belakang markas kodim Bandar jaya.
Warga tidak tahu perisis tentang kuburan massal di sekitaran kodim tersebut, karena rasa takut terhadap tentara maka warga enggan meninjau langsung ke markas kodim. Tapi menurut Slamet, di belakang kodim itulah mayat-mayat korban penembakan disemayamkan.

Bagikan

Jangan lewatkan

Hanya Baju yang Pulang
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.