Monday, October 9, 2017

Bamboo Rafting Waykanan: Sebuah Catatan (Hari Kedua)


Suasana sarapan di Rusunawa Waykanan
Semua peserta berkumpul di lantai bawah rusunawa untuk sarapan, mereka kompak mengenakan kaos biru toska dengan tulisan "Bamboo Rafting, 7-9 Oktober 2017",  ada juga tulisan pesona Indonesia" yang ukurannya hurufnya lebih besar dari pada Bamboo Rafting. Pesan tulisan di kaos tersebut tidak lain adalah bukti bahwa kegiatan Bamboo Rafting ini sudah didukung oleh dinas pariwisata dan Genpi Lampung−gerakan pesona Indonesia..

Kami pagi itu (8 Oktober 2017) antre untuk sarapan. Antre adalah salah satu budaya yang saya suka. Siapapun orangnya, semua harus antri tanpa melihat jabatan, umur, atau faktor yang lain. Penting antre gaes, yang tertib ya!
Saya bertujuh orang, pagi itu sedang menikmati sarapan yang disediakan oleh panitia. Tim Smart TourLampung ada Bang Imron, Dani, Andhika Ayu, Devinia Jeniar, Tiara Anggriani. Mbak Eni Muslihah adalah wartawan dari kompas.com. Sedangkan saat itu saya dan kak Feriansyah mewakili Komunitas #ayokedamraman.
Kak Feriansyah subuh itu memutuskan untuk salat di masjid Pancasila Waykanan yang letaknya tak jauh dari tempat kami menginap. Kami yang tidur satu kamar; saya, Bang Imron dan Dani harus menunggu kak Feriansyah yang hingga siang sekitar pukul 07.00 WIB belum sampai di Rusunawa. 
"Bapak ini paling lagi ngisi kultum," canda Dani.
"Dia ngisi pengajian," jawab bang Imron yang disambut dengan tawa kami serentak.
Kelakar itu kami lakukan sebelum kami meninggalkan kamar menginap, kamar nomor 9 untuk para perempuan sedangkan kamar nomor 10 untuk kami para pria.

Barulah selesai kami sarapan, sosok kak Feriansyah muncul dengan kaos hitam dan berpeci warna krem. Kami bertujuh sudah selesai makan, sedangkan kak Feriansyah baru mulai makan, dia bercerita bertemu kawan lamanya di masjid. Itu adalah salah satu alasan mengapa dia baru pulang ke rusunawa sampai lewat waktu dhuha.
Selepas sarapan, kami menuju mobil. Kami nge-vlog seperti layaknya seorang vlogger profesional. Materi vlog tidak lain adalah promosi Wisata Waykanan dan promosi Smart Tour tentunya. Hehe.  Videonya silahkan cek di saluran youtube saya, Waroeng Batja." Hehe
Kami segera meluncur menuju Jembatan Tiga Serangkai. Tapi kami berhenti di Tugu Simpang Empat karena mbak Eni merengek minta foto. "Kita dari kemarin belum sempat foto-foto. Ayolah berhenti untuk foto," pintanya. Tanpa komando, Dani yang saat itu mengendarai mobil seketika berhenti ketika sampai di Tugu Simpang Empat. Alhasil, itulah foto pertama kami−yang lain saya abadikan lewat video.
Foto Bareng Tim Smart Tour Lampung di Tugu Simpang Empat Waykanan
Setelah itu kami segera bergegas ke Jembatan Tiga Serangkai. Kami parkir di SMP Negeri 2 Blambangan Umpu, di sana juga banyak peserta lain, salah satunya rombongan dari Wonosobo. 
Rombongan kami melakukan pemanasan di halaman SMP tersebut. Sekira 15 menit kami di pandu oleh kak Feriansyah yang juga merupakan instruktur outbond. Jadi urusan pemanasan adalah sesuatu yang biasa baginya. Soal pemanasan ini, cek juga videonya di saluran youtube Waroeng Batja ya. Hehe
Lalu kami menuju titik awal pemberangkatan rombongan yang akan menuju Jembatan Tiga Serangkai. Dari SMP menuju  titik pemberangkatan, kira-kira kami harus berjalan kaki sejauh 100 meter. Di sana banyak sekali para pegiat pariwisata, ada kelompok blogger dari Batam, juga ada dari Hotel Batikkai, dan lain-lain. 
Titik Awal pemberangkatan di Gedong Batin.
Mereka di antar ke Jembatan Tiga Serangkai secara bergiliran menggunakan mobil bak terbuka−semacam mobil sport. Rombongan perempuan dari Smart Tour berangkat urutan kedua bersama rombongan lain. Sedangkan saya dan sisa dari tim Smart Tour beserta rombongan lain berangkat di urutan ketiga.
Jarak antara titik awal ke Jembatan Tiga Serangkai mungkin sekitar 200 meter. Tetapi track yang harus kami lalui becek dan jalan berbatu. Di tengah perjalanan, tidak jarang suara teriakan orang-orang yang ada di mobil pengangkut membuncah karena mereka terpanting  ke kanan kiri karena kondisi jalan jelek.
Rupanya kami tidak langsung sampai ke Jembatan Tiga Serangkai, kami berhenti di rumah warga yang letaknya berada paling pinggir SungaiWay Besay sebelum ke jembatan. Di sana kami mengenakan jaket pelampung. Alangkah kagetnya ketika saya mendapati jaket pelampung yang disediakan panitia sudah lusuh dan beberapa tanpa dilengkapi dengan tali.  
Yang membikin saya lebih jengkel, pihak BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) berkoar−kalau ngoceh mungkin terlalu kasar--menyuruh mengenakan jaket pelampung yang memiliki tali. Analoginya mereka menyuruh makan hanya menyediakan piring dan nasi saja tanpa ada lauk. Tapi mau tak mau saya juga harus menuruti perintah bapak itu. Tujuannya baik, tidak lain untuk keselamatan peserta. Dan kami memanfatkan tali rapia, semacam tali tambang kecil (Jawa: kenteng) untuk mengaitkan jaket pelampung agar tidak terbuka. 
Bersama pesepeda di Acara Gadong Batin Bamboo Rafting
 Sekira pukul 08.30 WIB, setelah kami selesai memilah dan mengenakan jaket pelampung. Kami berjumpa dengan para pesepeda yang sedari pagi sudah memulai kegiatan mereka. Mereka sudah naik dari Jembatan Tiga Serangkai menuju titik awal kami berangkat ketika kami baru sampai di rumah warga yang tadi sudah disinggung diawal
 
Kerumunan orang, saling ngobrol satu sama lain adalah pemandangan yang pagi itu saya nikmati. Saya dan rombongan dari  Smart Tour Lampung memutuskan menuju ke Jembatan Tiga Serangkai dengan berjalan kaki. Rupanya, rombongan motor track sudah lebih dulu mendahului kami. Mereka sudah berkumpul dan bersiap melewati Jembatan Gantung Tiga Serangkai. Kami jalan kaki sekitar 30 meter dari rumah warga menuju Jembatan Tiga Serangkai.
Tunggu ya di tulisan berikutnya!!! Hehe  

Bagikan

Jangan lewatkan

Bamboo Rafting Waykanan: Sebuah Catatan (Hari Kedua)
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.