![]() |
Suasana sarapan di Rusunawa Waykanan |
Semua peserta
berkumpul di lantai bawah rusunawa
untuk sarapan, mereka kompak mengenakan kaos biru toska dengan tulisan
"Bamboo Rafting, 7-9 Oktober 2017", ada juga tulisan pesona
Indonesia" yang
ukurannya hurufnya lebih besar dari pada Bamboo Rafting. Pesan tulisan di kaos tersebut tidak
lain adalah bukti bahwa kegiatan Bamboo Rafting ini sudah didukung oleh
dinas pariwisata dan Genpi Lampung−gerakan pesona Indonesia..
Kami pagi itu (8 Oktober 2017) antre untuk sarapan. Antre adalah salah satu budaya yang saya suka. Siapapun orangnya, semua harus antri tanpa melihat jabatan, umur, atau faktor yang lain. Penting antre gaes, yang tertib ya!
Saya bertujuh orang, pagi
itu sedang menikmati sarapan yang disediakan oleh panitia. Tim Smart TourLampung ada Bang Imron, Dani, Andhika Ayu, Devinia Jeniar, Tiara Anggriani.
Mbak Eni Muslihah adalah wartawan dari kompas.com. Sedangkan saat itu saya dan
kak Feriansyah mewakili Komunitas #ayokedamraman.
Kak Feriansyah
subuh itu memutuskan untuk salat di masjid Pancasila Waykanan yang letaknya tak
jauh dari tempat kami menginap. Kami yang tidur satu kamar; saya, Bang Imron
dan Dani harus menunggu kak Feriansyah yang hingga siang sekitar pukul 07.00
WIB belum sampai di Rusunawa.
"Bapak ini
paling lagi ngisi kultum," canda Dani.
"Dia ngisi
pengajian," jawab bang Imron yang disambut dengan tawa kami serentak.
Kelakar itu
kami lakukan sebelum kami meninggalkan kamar menginap, kamar nomor 9 untuk para
perempuan sedangkan kamar nomor 10 untuk kami
para pria.
Barulah selesai kami sarapan, sosok kak Feriansyah muncul dengan kaos hitam dan berpeci warna krem. Kami bertujuh sudah selesai makan, sedangkan kak Feriansyah baru mulai makan, dia bercerita bertemu kawan lamanya di masjid. Itu adalah salah satu alasan mengapa dia baru pulang ke rusunawa sampai lewat waktu dhuha.
Selepas
sarapan, kami menuju mobil. Kami nge-vlog seperti layaknya seorang vlogger profesional. Materi vlog tidak
lain adalah promosi Wisata Waykanan dan promosi Smart Tour
tentunya.
Hehe. Videonya silahkan cek di saluran youtube saya,
Waroeng Batja." Hehe
Kami segera
meluncur menuju Jembatan Tiga Serangkai. Tapi kami berhenti di Tugu Simpang
Empat karena mbak Eni merengek minta foto. "Kita dari kemarin belum sempat
foto-foto. Ayolah berhenti untuk foto," pintanya. Tanpa komando, Dani yang
saat itu mengendarai mobil seketika berhenti ketika sampai di Tugu Simpang
Empat. Alhasil, itulah foto pertama kami−yang lain saya abadikan lewat video.
![]() |
Foto Bareng Tim Smart Tour Lampung di Tugu Simpang Empat Waykanan |
Setelah itu
kami segera bergegas ke Jembatan Tiga Serangkai. Kami parkir di SMP Negeri 2
Blambangan Umpu, di sana juga banyak peserta lain, salah satunya rombongan dari
Wonosobo.
Rombongan kami
melakukan pemanasan di halaman SMP tersebut. Sekira 15 menit kami di pandu oleh
kak Feriansyah yang juga merupakan instruktur outbond. Jadi urusan pemanasan adalah sesuatu yang biasa baginya.
Soal pemanasan ini, cek
juga videonya di saluran youtube Waroeng Batja ya. Hehe
Lalu kami
menuju titik awal pemberangkatan rombongan yang akan menuju Jembatan Tiga
Serangkai. Dari SMP menuju titik pemberangkatan, kira-kira kami
harus berjalan kaki sejauh 100 meter. Di sana banyak sekali para pegiat
pariwisata, ada kelompok blogger dari Batam, juga ada dari Hotel Batikkai, dan
lain-lain.
![]() |
Titik Awal pemberangkatan di Gedong Batin. |
Mereka di antar
ke Jembatan Tiga Serangkai secara bergiliran menggunakan mobil bak terbuka−semacam
mobil sport. Rombongan perempuan dari
Smart Tour berangkat urutan kedua
bersama rombongan lain. Sedangkan saya dan sisa dari tim Smart Tour beserta rombongan lain berangkat di urutan ketiga.
Jarak antara
titik awal ke Jembatan Tiga Serangkai mungkin sekitar 200 meter. Tetapi track yang harus kami lalui becek dan
jalan berbatu.
Di tengah perjalanan, tidak jarang suara teriakan orang-orang yang ada di mobil
pengangkut membuncah karena mereka terpanting ke kanan kiri karena
kondisi jalan jelek.
Rupanya kami
tidak langsung sampai ke Jembatan Tiga Serangkai, kami berhenti di rumah warga
yang letaknya berada paling pinggir SungaiWay Besay sebelum ke jembatan. Di sana kami mengenakan jaket
pelampung. Alangkah kagetnya ketika saya mendapati jaket pelampung yang
disediakan panitia sudah
lusuh dan beberapa tanpa
dilengkapi dengan tali.
Yang membikin
saya lebih jengkel, pihak BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) berkoar−kalau
ngoceh mungkin terlalu kasar--menyuruh mengenakan jaket pelampung yang memiliki
tali. Analoginya mereka menyuruh makan hanya menyediakan piring dan nasi saja
tanpa ada lauk. Tapi mau tak mau saya juga harus menuruti perintah bapak itu.
Tujuannya baik, tidak lain untuk keselamatan peserta. Dan kami memanfatkan tali rapia, semacam tali tambang kecil
(Jawa: kenteng) untuk mengaitkan
jaket pelampung agar tidak terbuka.
![]() |
Bersama pesepeda di Acara Gadong Batin Bamboo Rafting |
Sekira pukul
08.30 WIB, setelah kami selesai memilah dan mengenakan jaket pelampung. Kami
berjumpa dengan para pesepeda yang sedari pagi sudah memulai kegiatan mereka.
Mereka sudah naik dari Jembatan Tiga Serangkai menuju titik awal kami berangkat ketika kami baru sampai di rumah warga yang tadi sudah
disinggung diawal.
Kerumunan
orang, saling ngobrol satu sama lain adalah pemandangan yang pagi itu saya
nikmati. Saya dan rombongan dari Smart
Tour Lampung memutuskan
menuju ke Jembatan Tiga Serangkai
dengan berjalan kaki.
Rupanya, rombongan motor track sudah
lebih dulu mendahului kami. Mereka sudah berkumpul dan bersiap melewati
Jembatan Gantung Tiga Serangkai. Kami jalan kaki sekitar 30 meter dari rumah
warga menuju Jembatan Tiga Serangkai.
Tunggu ya di tulisan berikutnya!!! Hehe
Bagikan
Bamboo Rafting Waykanan: Sebuah Catatan (Hari Kedua)
4/
5
Oleh
Lukman Hakim