13:33 WIB
Hiruk
pikuk menyambut tahun baru sangat terasa pada tadi malam. Malam berselimut
gerimis tidak menyurutkan antusias masyarakat kota Metro untuk berpartisipasi
dalam penyambutan pergantian tahun. Masyarakat berbondong-bondong menuju taman
kota dan lapangan samber untuk sekedar berkumpul dan menyalakan petasan secara
berjamaah.
Langit
Metro dihujani gemerlap warna-warni petasan, letupan yang saling bersahutan
membuat riyuh suasana. Membakar uang dan memuja gaya hidup hedonis, membuat
masyarakat lupa bahwa dibelahan lain bumi Indonesia sedang ada yang dilanda
kesedihan.
Permasalahan
lumpur lapindo yang belum usai, disusul dengan bencana longsor yang melanda
Desa Banjar Negara, banjir yang menggenangi beberapa daerah di Indonesia, dan tranding topic hari ini soal kecelakan pesawat AirAsia..
Momen
tahun baru seharusnya diisi dengan evaluasi terkait kerja-kerja yang telah
dilakuakan setahun silam. Memberi penilaian objektif terhadap kerja yang telah
dilaksanakan sehingga memunculkan resolusi untuk perbaikan dimasa mendatang.
Malam
tahun juga sangat tepat untuk merenungi keadaan Indonesia hari ini. Bagaimana kita
seharusnya merasa sakit karena saudara-saudara kita ada yang sedang tertimpa
musibah. Jangan malah bersuka cita disaat yang lain merasa dilanda musibah,
menjadi bijaksana dalam mengekpresikan suka cita itu penting untuk menjaga
kepedulian kedan tenggang rasa.
Begini
Cara Kami
Bersama dengan komunitas Diskusi
Kamisan Cangkir, malam terakhir tahun 2014 diisi dengan acara “nyate bareng” di
Rumah Bersama. Suasana kekeluargaan yang dibangun di komunitas ini membuat
betah untuk berlama-lama berbincang dan berfikir mengenai gagasan dan garapan
hari ini, masa depan, dan tidak melupakan masa lalu.
Tidak
untuk menunjukkan hidup hedonis, sebaliknya ingin mengimplementasikan hidup sederhana
yang cinta kerja. Mengubah kebiasaan mainstream, tidak hanya berbicara tetapi
mencoba mentransformasikan dalam bentuk kerja nyata.
Orang-orang
yang ada didalam komunitas ini mampu menginspirasi dengan keunikan karakter
masing-masing. Bagaimana egaliter diimplementasikan oleh anggota komunitas,
tetapi tidak mengurangi rasa saling menghargai. Tidak menjadi beda dengan
ketinggian gelar dan ilmu, pangkat yang melekat, atau perbedaan usia. Kebenaran
yang selalu dijunjung tinggi, siapapun orangnya, jika yang diucapkan dan
dilakukan benar maka akan dihargai.
Rumah
Bersama telah mengajari bagaimana untuk bekerja keras dan menikmati proses. Jika
menginginkan hasil yang manis maka proses yang harus ditempuh pun wajib terasa
pahit. Menikmati proses dengan keikhlasan dan ketelatenan akan membawa kepada
hasil yang memuaskan. Dan proses itu tak akan pernah berhenti sampai maut yang
menghentikannya. Alhamdulilah buah proses dan kado tahun baru, tulisan dimuat
dimedia nasional. Jangan berhenti berproses!