Bolidi dan Lagu Genjer-genjer
Bolidi |
Genjer-genjer nong kedokan pating keleler
Genjer-genjer
nong kedokan pating keleler
Emake
thulik teka-teka mbubuti genjer
Emake
thulik teka-teka mbubuti genjer
Ulih
sak tenong mungkur sedhot sing tulih-tulih
Genjer-genjer
saiki wis digawa mulih
"Hussss!! Ngapa nyetel lagu
itu. Matikan!"
"Loh, apa yang salah sama lagu
ini, mak?" tanya Bolidi heran.
Bolidi yang awalnya rebaran,
kemudian bangun menegakkan badan.
"Itu lagu PKI tahu. Jangan
disetel, kalau ada polisi atau tentara kamu nanti bisa ditangkap, Bol."
"Lagu itu kan cuma cerita
genjer to mak. Genjer kan cuma tumbuhan yang kadang di sayur atau biasanya juga
diambil buat pakan sapi. Perasaan nggak ada seram-seramnya." sergah
Bolidi.
"Itu lagu P K I !!!"
teriak emak Bolidi sembari menuju ke ruang tamu yang semula dari dapur.
"Kamu tahu kan Bol, lagu itu di
putar pas Gerwani lagi nyileti jenderal-jenderal yang di culik. Gerwani
kelihatan ganas. Apa kamu nggak pernah nonton film PKI?"
"Itu film propaganda Suharto
aja lo, mak. Ojo percaya gitu aja."
"Lah gimana mamakmu ini nggak
percaya. Wong film pemberontakan PKI itu di putar setiap tahun pas Pak Harto
jadi presiden dulu. Semua warga di suruh nonton, pas lagi nonton di tunggu karo
tentara meneh. Jadi mau nggak mau ya harus nonton."
"La makanya mamak itu harusnya
nonton film-film yang lain. Film senyap atau film jagal. Itu yang buat pakde
Joshua."
"Joshua yang nyanyi diobok-obok
itu to, Bol?"
"Bukan mak. Joshua wong luar
negeri. Pokoknya mamak kapan-kapan wajib nonton."
"Yang wajib itu ya golek
mangan, le. Bisa makan aja kita sudah untung. Dan jangan lupa selalu bersyukur
kepada Tuhan. Mamakmu nggak sempet nonton yang begituan. Wes ben, masalah
begitu diurus orang-orang pinter yang sekolah. Sekarang ini yang penting dapur
bisa ngebul, bisa nyekolahkan anak, bisa ngibadah kepada Gusti Allah, itu sudah
bejo."
"La tapi nanti mamak anggep
lagu genjer-genjer itu tetap lagu PKI, mak. Padahal kan bukan. Lagu
genjer-genjer itu dulu cerita tentang penderitaan rakyat pas dijajah Jepang,
paceklik dan akhirnya karena nggak ada bahan makanan, rakyat makan genjer,
mak."
"Lah terus pas dulu acara PKI
kok lagu itu sering dinyanyikan, Bol?"
"Wajar mak. Kan dulu warga
banyak yang hafal sama lagu itu. Jadi lagu genjer-genjer di pakai buat
kampanye, sebagai lagu wong cilik yang menggambarkan penderitaannya."
"Terus, apa mamakmu ini
sekarang udah kayak bapakmu ya?"
"Mirip to mak? Ya jelas mirip.
Kan kata orang kalau jodoh itu keliatan mirip-mirip, mak".
"Bukan itu Bol maksud mamak.
Apa mamak udah mirip bapakmu yang suka ngerokok. Padahal bapakmu tahu kalau
ngerokok itu nggak bagus buat kesehatan tapi masih saja dilakukan. Apa mamakmu
ini istilahnya udah kecanduan film G30 S ya? Jadi yang ada cuma kengerian kalau
mendengar nama PKI."
"Iya paleng mak. Propaganda ya
penak aja to mak dilakukan, apalagi untuk mereka yang sedang berkuasa."
"Propaganda itu apa to, Bol?
Dari tadi propaganda, propaganda, propaganda terus yang kamu omongin."
"Propaganda itu ya propaganda,
mak," wehehe.
"Yawes sekarang nggak usah
mikiri PKI atau propaganda, Bol. Lantainya kotor, buruan disapu! Jangan cuma
mikir yang besar tapi nggak mau berbuat yang kecil, nyapu nggak mau."
Bolidi pun bergegas mengambil sapu.
"Sekalian bantu masak nggak, mak?" teriak Bolidi di teras rumah.